"Aku dengar ada yang menjual tiketnya dengan harga yang mebih mahal" Nathan bicara setelah mendengarkan cerita Jian tentang Gemma.
"Hal itu biasa terjadi ketika semakin banyak peminatnya" Jian menanggapi sembari menata kursi pengunjung sebelum Orion dibuka tiga puluh menit lagi.
"Jika kau melewatkannya, kau pasti akan menyesal" Nathan mengedikkan bahunya lalu kembali menyusun gelas kertasnya diatas meja mesin peracik kopi.
Jian berjalan menuju meja kasir usai merapihkan posisi beberapa kursi dan meja, kemudian menyalakan mesin cetak dan mengisi gulungan stiker kosong ke dalamnya.
"Aku malah berpikir sebaliknya. Jika aku datang ke konser itu, aku akan merasa sangat bersalah karena sudah meminta Gemma untuk mencari tiketnya"
Nathan menoleh ke arah Jian yang berdiri tak jauh dari posisinya lalu tersenyum "Jika kau berubah pikiran, aku akan meminta pamanku untuk menutup Orion lebih cepat"
Jian berbalik lalu menatap Nathan dengan pandangan nanar yang agak dibuat-buat "Jangan terlalu baik padaku Nath, aku jadi merasa tidak enak"
—
Jian menata rapih 3 gelas latte ke dalam paper cup holder lalu memberikannya kepada pembeli di antrian terakhirnya. Setidaknya akan ada jeda selama beberapa menit sebelum Orion kembali didatangi para pengunjung setelah memasuki jam pulang kantor.
Nathan sibuk menata isi etalase, mengeluarkan beberapa nampan kosong yang semula berisi muffin dan scones—dua macam pastry yang hari ini habis lebih cepat.
Seorang pengunjung baru saja tiba. Seorang pemuda dengan setelan jas hitam dan berwajah tampan. Ada senyum tersirat saat pandangannya bertemu dengan Jian yang sejak tadi berdiri mengawasi Nathan dari belakang meja bar.
Pemuda itu seseorang yang pernah Jian temui sebelumnya—mengantar Alan pulang ke Greeceland dalam keadaan mabuk, dan sekaligus seseorang yang Jian duga bernama Ben.
Si-tampan Ben, kata Gemma.
"Hai, kau Jian, kan? Gemma menitipkan sesuatu untukmu" Ben meraih sebuah amplop coklat persegi panjang dari dalam jasnya lalu menyerahkannya pada Jian.
"Benar. Maaf tapi—"
"Ah, kau mungkin agak bingung. Namaku Ben, aku bekerja dengan Alan dan Gemma. Kau tidak perlu khawatir, Alan sudah menceritakan tentangmu. Aku penjaga rahasia yang baik" Ben sedikit senyum sementara Jian hanya mengangguk canggung.
Jian membuka amplop cokelat itu dan melihat sebuah wristband konser berwarna biru yang bertuliskan nama Jaden di dalamnya. Perasaan tak enak, bersalah dan tak nyaman langsung menyatu. Jian termenung dalam beberapa detik sebelum menutup kembali amplopnya, lalu menatap ragu Ben yang tengah sibuk meneliti sosok Jian dengan seksama.
Rupawan.
"Sejujurnya aku ragu menerimanya" kata Jian.
"Sebaiknya kau terima dulu, lalu kau bisa hubungi Gemma"
Jian nampak berpikir lalu mengangguk "Baik, terima kasih"
"Kalau begitu aku akan langsung pergi, kebetulan aku punya janji untuk bertemu klien di sekitaran sini"
"Kau tidak ingin minum dulu? Aku bisa membuatnya dengan cepat" Jian masih kaku.
"Terima kasih. Aku akan mampir lagi lain kali"
"Oke"
"Sampai nanti" Jian hanya menarik senyum kecil, lalu mengawasi Ben hingga pergi.
Jian mengela nafas berat sembari menyandarkan tubuhnya pada pintu ruang belakang. Tangannya lalu meraih ponselnya di balik apron, dalam waktu singkat ia mencoba menghubungi Gemma.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)