Six

766 82 21
                                        

Akhir pekan tiba.

Alan sejak pagi sudah meninggalkan Greeceland sesaat setelah ibunya berkali-kali menghubungi—memintanya agar datang ke acara keluarga besar Jemal.

Sementara itu sudah hampir satu jam Jian berada di ruang kerja—memilah-milih dokumen kantor milik Alan yang sudah tak lagi digunakan dan membuang sisa-sisa kertas yang tak lagi terpakai.

Jian berhasil mengumpulkan 1 folder berisi notulensi 3 bulan terakhir yang Alan perintahkan dan menyimpannya di lemari dokumen yang berada di dekat jendela ruang kerja. Lemari yang tingginya hampir menyentuh atap itu berisi beberapa buku kuliah Alan dan juga beberapa salinan dokumen pekerjaan yang biasanya Alan bawa pulang jika tak sempat ia kerjakan sepenuhnya di kantor.

Jian menyimpan folder yang baru saja ia rapihkan ke sebuah rak khusus pekerjaan setelah ia memberikan tanda dengan stick note agar Alan dengan mudah mencarinya. Namun sebelum Jian berhasil menutup lemari besar itu, matanya tiba-tiba teralihkan dengan paper box seukuran kotak pizza yang berada di pinggiran rak paling atas.

Jian hanya berniat untuk membenarkan posisinya yang semula tak sejajar dengan kotak yang lain, namun sesuatu menarik perhatiannya saat tak sengaja melihat sebuah kertas putih mengintip dari celah sisi kotak itu.

Aster. Ada nama Aster tertulis kertas itu.

Jian semula ingin mengabaikannya namun di sisi lain ia tak bisa menahan rasa penasaran yang tiba-tiba mengusik hati kecilnya.

Dengan penuh kehati-hatian, Jian menarik kotak itu keluar lalu membukanya secara perlahan. Bukan berisi harta karun atau surat wasiat—namun berisi lembaran kertas croquis yang sudah dipenuhi oleh guratan indah—berupa sketsa yang dibentuk dengan pensil oleh seseorang yang terampil.

Pertama Jian menyentuh kertas yang berada di paling atas, sebuah sketsa seorang gadis yang berdiri nampak membelakangi dengan rambut panjang bergelombang, memakai dress selutut dan memegang tangkai bunga di tangan kanannya. Sang pelukis lalu meninggalkan sebuah kalimat yang ditulis dengan tinta hitam di bagian pojok bawah.

You're all that I've needed
Love, C

Jian lalu beralih ke kertas yang sejak awal menarik perhatiannya—sebuah sketsa wajah seorang gadis cantik, dengan mata bulat dan rambut panjang terurai. Wajah yang samar-samar pernah Jian lihat saat Alan memintanya pergi dari Greeceland dan berakhir bermalam di perpustakaan.

Sang pelukis lagi-lagi meninggalkan kalimat di bawahnya—kalimat yang ditulis dengan penuh cinta,

My only one, Aster
Love, C

Jian kemudian menyentuh lembaran yang terakhir, bukan selembar kertas croquis berisi sketsa. Namun sebuah foto polaroid dua orang yang diambil secara candid—salah satunya gadis yang terlukis dalam sketsa tadi, bersama seorang pemuda yang sudah hampir tiga bulan Jian kenali. Mereka berdua berdiri berdampingan dengan balutan pakaian pesta, menoleh saling tatap dan tersenyum bahagia.

Jian membalik polaroid itu—menemukan sebuah tulisan disana dan lagi-lagi tertulis dengan penuh cinta,

My breath.

Mata Jian mengerjap sembari menggigit bibir bawahnya. Buru-buru ia memasukkan kembali polaroid itu ke dalam kotak, menutupnya dengan rapat dan menaruhnya kembali ke dalam lemari.

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now