Seven

908 94 31
                                        

Tiga kaleng bir semalam tidak membuat Jian mabuk—namun cukup membuat kepalanya sakit sampai harus menenggak obat pereda nyeri yang belum juga bereaksi.

Sejak tiba di Greeceland, Jian belum sempat tidur hingga pagi ini. Tak banyak yang ia lakukan sejak beberapa jam lalu selain memijat pelipisnya sembari mengetuk jari-jarinya diatas meja makan, sementara matanya fokus menatap pintu kamar Alan yang masih tertutup rapat.

Pemuda itu belum juga keluar dari kamarnya.

Jian menimbang-nimbang apakah lebih baik membangunkan sang tuan rumah atau membiarkannya lalu pergi bekerja tanpa beban? Ia menggeleng, merasa tak semestinya mengkhawatirkan Alan.

Jian mengambil secarik kertas catatan lalu
menuliskan sesuatu dan menaruhnya di dekat piring berisi menu sarapan yang sengaja ia siapkan untuk Alan. Kali ini hanya 2 lembar roti panggang, dua butir telur rebus dan secangkir kopi—bukan lagi susu.

Jangan lupa sarapan !

Bagi Jian waktu terasa begitu lamban hari ini—meskipun Orion ramai pengunjung sampai ia hanya memiliki kesempatan tak lebih dari dua kali duduk untuk istirahat dan makan siang.

Tiba di Greeceland, Jian langsung tertuju pada rak sepatu di dekat pintu masuk. Masih tak ada slipper clog milik Alan disana. Buru-buru Jian melangkah menuju dapur hendak memastikan makanan yang ia siapkan sudah tersentuh oleh sang tuan rumah. Namun apa yang Jian harapkan tidak terjadi. Secarik kertas berisi catatan yang ia tinggalkan untuk Alan pagi tadi bahkan masih berada di posisi yang sama—di bawah piring berisi makanan yang tetap utuh tak tersentuh.

Damn!!

Jian melangkah cepat menuju kamar Alan, mengetuk keras pintu kamarnya berkali-kali sambil memanggil nama sang penghuni. Sayangnya tak ada jawaban.

Jian merogoh ponsel dari saku jaketnya—mencari kontak Alan lalu mencoba untuk menghubunginya.

Tersambung.

"Meir?" Suara baritone itu menyapa.

"Kau di mana?" Tanya Jian.

"Di kamar" suara Alan seperti menggumam.

"Apa kau tuli? Aku mengetuk pintu kamarmu sejak tadi"

"Aku baru saja dari kamar mandi" jawaban Alan membuat Jian menghembuskan nafas lega.

"Kau belum keluar kamar sejak pagi" nada Jian melemah.

Butuh waktu beberapa detik sebelum Alan menjawab "Sebenarnya aku kurang enak badan"

"Kenapa tidak memberitahuku?" Tanya Jian.

Alan diam tak memberikan respon.

"Aku akan menyiapkan makanan, jika sudah selesai aku akan mengetuk pintu kamarmu" Jian menyudahi.

Jian kemudian membuka lemari es, mengumpulkan semua bahan yang tersedia lalu memilih beberapa bahan yang bisa ia masak sesuai dengan kemampuannya.

Bukan bubur atau sup. Tapi—

—Nasi instan, chicken grilled, sayuran rebus dan segelas jus kiwi dan apel.

Makanan itu siap dalam waktu 30 menit. Jian menatanya di atas nampan lalu membawanya menuju kamar Alan. Ia mulai mengetuk lagi pintu kamar berbahan mahoni itu, menunggu sambil menahan bawaannya di tangan kanannya.

"Alan.." Jian memanggil.

Tak ada jawaban.

"Alan?" Jian memanggil lagi sambil mengetuk pintu lebih kencang.

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now