Twelve

845 68 31
                                        

"Jian! Ada yang mencarimu" suara Katrina membuat Jian menghentikan sementara kegiatannya, memotong walnut roll menjadi beberapa bagian sebelum dipindahkan ke dalam display khusus pastry.

Dahi Jian mengerut, bertanya-tanya siapa orang yang tiba-tiba ingin menemuinya hingga rela mencarinya ke Orion?

Jian tak memiliki waktu untuk berpikir, pemuda itu buru-buru melepas sarung tangan plastiknya kemudian berjalan cepat menuju pintu utama. Seseorang yang disebut Katrina sudah menunggu—berdiri resah di depan Orion, sebelumnya ia menolak tawaran untuk duduk di kursi pengunjung. Wajah cemasnya semakin tersirat saat melihat Jian keluar dari ambang pintu, ia tertegun selama beberapa detik sebelum melepas senyum kecil penuh kegelisahan.

"Ibu?" Jian menyapa dengan suara yang sedikit tertahan.

Nina tersenyum sekilas sembari meremas kantung kertas yang ada di tangannya. Wajahnya pucat pasi, tiba-tiba tak sanggup memberikan ekspresi apapun selain menatap sayu anak angkatnya.

"Aku tidak tahu alamat tempat tinggalmu, kau juga tidak membalas pesanku, jadi aku ke sini" Nina terbata-bata.

Hati Jian terenyuh, melihat ibu angkatnya yang kini lebih kurus dan kurang terawat. Rambutnya dipotong pendek, berwarna pirang tak beraturan sisa cat rambut yang mulai pudar. Tak ada polesan lipstik merah menyala yang selalu ia pakai meskipun hanya pergi sejauh satu langkah dari pintu rumahnya.

"Di sini panas, kita bisa bicara di dalam" Jian hendak meraih tangan Nina, namun wanita itu langsung menjauh.

"Tidak usah, aku tidak lama" Nina menolak.

Jian menuruti lalu kembali menatap canggung ibu angkatnya "Bagaimana kabar ibu?" Tanya Jian. Matanya sekarang beralih pada jalanan yang dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang. Melihat Nina terlalu lama cukup membuatnya iba.

"Aku sudah sehat dan sudah kembali bekerja" jawab Nina.

"Syukurlah" Jian mengangguk kecil.

"Ambil ini, untuk makan siang. Aku bawakan juga untuk teman-temanmu" Nina mengulurkan tas kertas di tangannya pada Jian, diiringi senyum ragu yang terlihat menyedihkan.

Perlahan Jian menerimanya, membuka sedikit isi tas itu yang dipenuhi tumpukkan kotak makan plastik berisi masakan rumahan. Bahu Jian meluruh, memberanikan diri untuk kembali menatap Nina dengan tatapan nanar.

"Kenapa harus mengantarkan makan siang untukku?" Nada Jian melemah dan hampir bergetar. Mengingatkannya pada belasan tahun silam, Nina pernah datang ke sekolahnya, mengantarkan bekal makan siang yang tak sengaja tertinggal.

Dulu, sebelum mimpi buruknya datang.

Nina tahu kedatangannya hanya membawa luka pada anak angkatnya, tapi wanita itu tak ingin hidupnya dipenuhi dengan rasa penyesalan.

Nina menarik satu tangan Jian lalu menggenggamnya, menguatkan dirinya sendiri untuk kembali bicara "Maaf jika selama ini aku menyakitimu. Aku sangat menyesal"

"Kenapa ibu seperti ini?" Nada Jian semakin melemah, tak mengira ibunya akan datang menemuinya lalu meminta maaf.

Nina mendongak menatap Jian lalu bicara dengan begitu hati-hati "aku menyadari bahwa selama ini aku tak pantas menjadi seorang ibu. Kau seharusnya mendapatkan orang tua yang baik, tapi kau malah dipertemukan denganku"

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now