Pukul 8 malam, Gemma sudah berada di lantai dasar, berdiri di lobby seorang diri menunggu Alan yang masih sibuk dengan aktivitasnya. Lima belas menit kemudian pintu lift terbuka, Alan berjalan terburu-buru menghampiri Gemma sembari menenteng jas hitamnya.
"Rapatnya belum berakhir, jadi Ben masih di sana" kata Alan sembari mengajak Gemma berjalan beriringan menuju parkir khusus.
"Semoga Ben bisa menyusulku dengan cepat, karena kau dan Jian pasti akan membuat drama, kan?" Gemma mendongak menatap Alan. Pemuda itu hanya tertawa kecil, tidak bisa membayangkan apapun.
Alan menyetir dalam diam, sama sekali tidak berbicara. Jantungnya berdegup kencang, membayangkan bagaimana pertemuannya dengan Jian akan terjadi. Hal itu berlangsung hingga Alan dan Gemma sampai di tujuan. Tak langsung turun dari mobilnya, Alan malah membeku sembari menatap kosong Gemma.
"Bukankah seharusnya kita membawa karangan bunga atau semacamnya?" Tanya Alan usai mematikan mesin mobilnya.
"Jian lebih suka kita membawakan snack atau makanan. Dia akhir-akhir ini suka ayam panggang"
Jawaban Gemma terdengar jujur, Alan tertawa.
"Gemm, kau masuk lebih dulu, aku akan menyusul" pinta Alan.
"Kenapa?" Gemma mengerutkan dahinya.
"Aku harus menyiapkan mental" jawab Alan.
Gemma tersenyum kecil "Baiklah"
Gadis itu kemudian turun dari mobil lalu berjalan dan masuk ke dalam Orion. Sementara Alan masih duduk di balik kemudi mobilnya, menatap pintu utama Orion sembari menerawang masa lalu.
"Dia ingin kau menggunakan waktumu sebaik mungkin. Kau tahu jalan pulang, dia tidak akan mencarimu" Ucapan ibunya tiba-tiba saja muncul di kepala Alan—kalimat yang membuatnya tenang selama ia berpisah dengan Jian tanpa pernah bertemu dan berkabar.
Alan berkali-kali menarik nafas panjang, menepuk-nepuk kecil dadanya kemudian keluar dari mobil. Ia berjalan menuju pintu utama Orion, lalu membukanya tanpa ragu.
Baru selangkah Alan berjalan masuk, pemandangan Jian dan Gemma langsung menyambut. Orang yang paling dirindukannya tengah duduk menghadap ke arahnya, nampak terkesiap namun tatapannya tak berpaling sampai jarak mereka hanya dibatasi sebuah meja.
Alan terkesima, memandangi Jian yang masih terlihat indah—matanya bersinar seperti yang dulu, wajahnya merona dengan rambut yang kini hampir menutupi alis tebal yang terbentuk sempurna.
"Hai, aku Alan" ucap Alan. Ia masih berdiri sembari mengulurkan tangannya, menatap Jian yang tiba-tiba nampak kebingungan.
"Bersikap biasa saja, kau membuatnya takut" Gemma menarik uluran tangan Alan, lalu menyuruhkan untuk segera duduk di sampingnya.
Sekilas Jian bernafas lega sementara Alan tanpa rasa bersalah hanya tersenyum kecil, duduk berhadapan dengan Jian dengan mata yang masih mengawasi.
"Milikmu" Gemma menggeser segelas americano ke hadapan Alan.
"Terima kasih" singkat Alan.
Hening.
Mereka semua terdiam membiarkan suara gemertak dari para staff lainnya yang tengah sibuk merapihkan barang-barang hingga akhirnya Jian membiarkan dua staffnya pulang.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Seventeen (END)
Start from the beginning
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)