"Pantas Aster selingkuh" Gemma menanggapi.
"Tapi bukankah dia juga berselingkuh?" Ben semakin memecah tawanya usai menunjuk Alan dengan ujung sendoknya.
Alan tak menanggapi, membiarkan Ben puas dengan candaannya. Sementara ia diam-diam memperhatikan Gemma, menatap gadis itu dengan hati-hati kemudian memberanikan diri untuk bicara.
"Gemm—"
"Hmm?" Gemma menggumam sembari balas menatap Alan.
"Aku menyukai temanmu" ucap Alan.
"Apa itu Ben?" Gemma menoleh sekilas ke arah Ben.
"Temanmu, bukan pacarmu" Alan meralat.
Gemma terdiam. Alan tak yakin gadis itu tengah tersipu atau sedang mencerna jawabannya.
"Aku mencintainya" lanjut Alan.
Gemma menelan makanan yang ada di mulutnya, menatap Alan sekali lagi lalu bicara "Kau harus membayar mahal untuk Jian"
"Dengan apa?" Alan terpancing seolah-olah Gemma bicara serius dan mengajaknya bernegosiasi.
"Beri aku jabatan"
"Ben bahkan sudah menjadi atasanku sekarang dan dia milikmu" balas Alan.
"Jadi kau mau menukarnya dengan Jian?" Gemma menunjuk Ben dengan sudut matanya.
"Tidak, bukan begitu. Kau yang lebih dulu memancingku dan meminta bayaran. Nyawaku bahkan tidak akan sebanding dengannya"
"Apa ini hasil meditasimu selama setahun?" Ben tertawa ringan.
"Kalian sudah menjalin hubungan sejak lama, kan?" Tatapan Gemma nampak mengintimidasi.
"Hmm" Alan hanya menggumam.
"Jangan membuatnya patah hati, Jian sangat berharga untukku. Sebenarnya aku juga sudah tahu dia sangat menyukaimu" Gemma berkata dengan nada halus.
Bahu Alan meluruh, lalu menatap serius gadis di sebelahnya "Gemm, aku kembali karena Jian, aku berjuang dan bertahan untuknya. Kau juga tahu bagaimana hidupku selama ini, kan?" "Setelah kejadian itu aku selalu mengalami mimpi buruk selama berbulan-bulan, rasanya memang sehancur itu. Jika bukan karena Jian, mungkin aku sudah menyerah sejak awal"
"Persamaanmu dengan Jian adalah kalian selalu mengatakan semua baik-baik saja padahal sebaliknya" kata Gemma.
"Benar" Ben menyambar.
"Hampir semua orang yang baru mengenal Jian akan mudah jatuh hati padanya. Dia polos, tapi sebenarnya tidak sepolos itu. Paham, kan? Terkadang aku bisa dengan mudah meraba perasaannya, namun ada kalanya aku tiba-tiba tidak bisa mengenalinya. Dia menyembunyikan apapun yang ingin ia sembunyikan dengan begitu baik" Gemma bicara antusias.
Alan membuka snapback di kepalanya lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa "Damn, aku benar-benar merindukannya. Tapi aku harus menunggunya sampai besok" Alan mengerang, mengundang tatapan bingung dari kedua temannya.
"Besok Orion baru itu akan di bukan, kan?" Tanya Alan sembari menatap Ben dan Gemma bergantian.
"Ya" jawab Gemma.
"Ingat pertama kali kau mengenalkan Jian padaku? Aku ingin mengulang semuanya" ucap Alan.
***
D-Day!
Hari ini Alan kembali bekerja di kantornya, ia datang lebih pagi dan langsung berkutat dengan pekerjaan di ruangan yang sudah setahun ditinggalkan. Hanna yang kini kembali bekerja untuk mendampingi Alan seharian hanya sibuk hilir mudik membawa hasil laporan perusahaan satu tahun terakhir.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Seventeen (END)
Start from the beginning
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)