Alan memasuki ruangan Ben, membuka pintu kaca lalu berbalik sembari mengangkat paperbag berlogo restoran yang sejak tadi berada di tangannya "Aku hanya ingin mengajakmu makan siang bersama"
Ben hanya mengangguk sembari menutup pintu ruang kerjanya, kemudian menyusuli Alan yang kini sudah duduk di sofa yang berada di pojok ruangan.
"Kenapa banyak karyawan yang kau pecat? Aku tidak tahu kau sekejam itu" Alan memicingkan matanya.
"Karena mereka dari perusahaan keluarga Ou—"
"Jangan memecat Hanna, dia salah satu staff favoritku" Alan sengaja memutus.
Ben menghela nafas "Aku cuma menggertak"
Sebenarnya hal itu tidak akan terjadi jika Alan tidak mengerjainya.
Sebelum Alan memberikan respon, pandangannya teralih pada pintu ruangan yang terbuka, Gemma datang—wajahnya nampak terperangah sembari berjalan cepat menuju Alan yang kini berdiri, bersiap menyambut.
"Astaga, aku hampir tidak percaya" Gemma memeluk Alan selama beberapa menit, lalu sibuk mengamati pemuda yang masih terlihat menawan di matanya.
"Bukankah seharusnya kita membuat pesta penyambutan?" Ben bicara usai Gemma melepaskan pelukannya lalu duduk di samping Alan.
"Nanti, Jian harus dilibatkan" Gemma menyambar, Ben kemudian melirik Alan dari sudut matanya, Pemuda yang tengah diawasi hanya tersenyum tipis.
"Tapi serius, aku benar-benar merindukanmu" Ben mengalihkan.
"Katakan sekali lagi, aku akan merekamnya" Alan menggodanya sembari sibuk membuka isi paperbag berisi tiga set makan siang, lengkap dengan makanan pembuka dan penutup. Gemma nampak antusias, ikut membuka semua kotak lalu mencicipinya.
"Kau benar-benar menghilang selama satu tahun tanpa pernah memberi kabar" Ben melanjutkan.
"Maaf, aku harus melakukannya. Selama setahun ini aku tidak hanya fokus menyembuhkan diri, tapi aku juga harus menyelesaikan kasus itu" Alan menjelaskan.
"Bayangkan jika media tahu, kau pasti akan merasa terganggu" Gemma menimpali, Alan mengangguk setuju.
"Ben, aku sangat berterima kasih padamu. Kau pasti sangat kesulitan menangani perusahaan tanpaku dan juga ayahku. Jika tidak ada dirimu, aku yakin semua bisa hancur" Alan menatap nanar Ben yang tengah memakan glazed salmon miliknya.
"Tidak usah berlebihan, aku tidak bekerja sendiri" Ben menanggapi tanpa menatap balik Alan.
"Sekedar informasi, Jian tidak sengaja bertemu dengan Aster dua hari yang lalu" Gemma membuka topik baru.
"Kau tahu bagaimana kabar terakhirnya?" Tanya Ben hati-hati.
Alan menggeleng lalu sempat terdiam sembari mengaduk asal makanannya "Setelah ayahnya berhasil dipenjara, aku sudah tidak lagi berhubungan"
"Lalu ayah dari anaknya—benar-benar pemuda yang sudah berkali-kali kupergoki selingkuh dengannya, kan?" Tanya Ben lagi.
Alan kemudian menyunggingkan senyum miring, menatap sinis Ben yang duduk di seberangnya "kalau ternyata bukan, kau berpikir itu aku?"
"Maksudku, kau juga mantan kekasihnya" Ben mengalihkan pandangan lalu melanjutkan makannya.
"Aku tidak pernah menyentuhnya, sialan" Alan mengumpat.
Ben menatap Alan dengan pandangan tak yakin "Ya, ya—aku percaya"
"Aku serius. Karena setiap hal itu hampir terjadi, bayangan Callum selalu menghantuiku" ucapnya, Ben dan Gemma spontan tertawa.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Seventeen (END)
Start from the beginning
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)