part 19

345 11 0
                                        

°happy reading°


Devan turun dari motor dan berjalan menuju teras, namun dia heran karna melihat baju dan barang miliknya ada di luar berhamburan.

Dengan penasaran Devan mencoba membuka pintu Mension tersebut, namun terkunci dari dalam, Devan mulai menggedor pintu itu dengan tidak santai.

Cklek

Pintu terbuka menampakkan seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya.

"Ada apa ya?" Pria paruh baya tersebut menatap Devan heran.

"Kalian siapa?" Bukannya menjawab Devan malah balik bertanya.

"Saya pemilik mansion ini," jawab pria paruh baya tersebut.

"Pemilik mansion?" Devan menatap kedua orang tersebut.

"Iya, kami baru saja mengisi Mension ini tadi sore, sebenarnya kamu sudah membelinya sejak 1 Minggu yang lalu, namun pemilik Mension sebelumnya, meminta untuk di beri waktu, untuk membereskan barang miliknya."

Devan terdiam dengan tangan mengepal.

"Siapa yang menjual nya?" Tanya Devan dingin.

"Kami membeli mansion ini dari pak Damian," jawab orang tersebut.

Devan semakin mengepalkan tangannya, bagaimana bisa pria biadab itu menjual mansion ini tanpa memberitahu nya terlebih dahulu! Apakah pria itu ingin melihatnya luntang lantung tidak mempunyai tempat tinggal. Batin Devan.

Dengan perasaan marah dan kecewa Devan mengambil baju yang berserakan di teras, Devan mulai memasukan baju itu kedalam koper, dan setelah itu pergi dari sana.

"Sialan," Devan mengumpat.

Devan menyewa taxi online, dan memasukan koper itu ke taxi tersebut. Karna tidak mungkin jika dia membawa koper itu, sementara dia membawa motor bukan mobil.

"Pak," Devan memanggil supir tersebut.

"Iya den?" Supir tersebut menatap Devan seolah bertanya 'ada apa?'

"Bapak tau gak, kontrakan kosong sekitar SMA Praja, atau yang deket-deket sana gitu?" Tanya Devan.

"Oh tahu den, kebetulan saya juga ngontrak di sana," ucap supir tersebut.

"Boleh anterin ke sana aja gak pak?" Tanya Devan. Dan di balas anggukan oleh supir tersebut.

Devan menjalankan motornya mengikuti taxi tersebut, sampai taxi tersebut berhenti di gang sempit yang hanya bisa di lewati oleh motor saja.

"Den mari ikut saya," supir taxi tersebut turun dari mobil, dan mulai berjalan kaki melewati gang sempit itu, Devan mengikuti pak Dirman (supir taxi) dari belakang dengan mengendarai motor nya pelan.

Pak Dirman pun berhenti di salah satu rumah yang dekat dengan kontrakan, lebih tepatnya rumah pemilik Kontrakan.

Tok

Tok

Tok

Pintu di ketuk oleh pak Dirman, tak lama keluar seorang wanita dengan kipas di tangannya, matanya menatap angkuh pada pak dirman dan Devan.

"Ada apa?" Tanya wanita itu angkuh.

"Ah, ini madam ada yang nyari kontrakan kosong," pak Damian berucap sopan.

"Kenapa nyari kontrakan kosong? Kamu mau menyewa kontrakan saya?" Wanita itu menatap Devan angkuh.

Devan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Masuk," titah wanita tersebut pada Devan. Devan mengangguk dan mengikuti wanita tersebut dari belakang. Sebelum itu Devan tersenyum sopan kepada pak Dirman, karna telah membantunya, Devan juga memberikan tip sebagai ucapan terimakasih

☘️☘️☘️

Devan duduk berhadap-hadapan dengan wanita tersebut.

"Kamu mau nyewa kontrakan saya?" Tanya wanita tersebut. Devan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Satu bulan nya berapa Buk?" Tanya Devan.

"Panggil madam," ketus Yanti (pemilik kontrakan)

Devan menatap julid ke arah buk Yanti, tanpa Bu Yanti sadari.

"Satu bulannya berapa madam?" Tanya Devan menekan kata 'madam'.

"Satu bulannya enam ratus ribu."

"Baiklah, ini uangnya untuk bulan ini," Devan memberikan uang sebesar enam ratus ribu kepada buk Yanti. Bu Yanti langsung mengambil uang itu dengan cekatan dan tersenyum.

"Oke makasih, ini kuncinya, mari ikut saya, untuk menunjukkan letak kontrakan yang kau sewa," Bu Yanti berjalan keluar rumah di ikuti oleh Devan.

☘️☘️☘️

"Ini kontrakannya," buk Yanti menunjuk salah satu pintu kontrakan, yang masih terkunci.

Setelah itu Bu Yanti langsung pergi dari sana.

Devan membuka kontrakan itu, dan masuk ke dalam.

Devan duduk di kursi kayu yang ada di kontrakan, dia beberapa kali menghela nafas nya.

"Apakah semua orang tua seperti orang tuanya?" Itulah yang selalu Devan pikirkan.

"Gue harus nyari kerja kemana, uang gue tinggal 1 juta, itu gak akan cukup untuk beli peralatan untuk kontrakannya, mana kontrakan ini masih kosong, bahkan tidak ada galon untuk minum, piring gelas pun tidak ada," Devan menghela nafasnya dan mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tidak mungkin dia meminjam uang kepada teman-teman nya, karna bagaimana pun dia sudah sering merepotkan mereka, dia masih tau diri untuk tidak membebani teman-temannya.

Devan pergi menuju kamar yang ada di kontrakan tersebut, lagi-lagi dia menghela nafasnya, bagaimana tidak di kamar tersebut tidak ada kasur, hanya ada tikar tipis yang tergeletak di sana, bahkan bantal pun tidak ada.

Karna lelah Devan tetap membaringkan tubuhnya di atas tikar tersebut, dengan baju-bajunya yang dijadikan bantal.

"Gue gak pernah mikir, gue bakal ada di titik ini," Devan menatap langit-langit kamarnya dengan mata berkaca-kaca.

"Selama gue hidup di dunia ini, gak pernah sekalipun kedua orang tua gue, ngasih ketenangan buat gue."

Devan menghapus air matanya, lalu tidur meringkuk kedinginan.

☘️☘️☘️

Pagi pun tiba, seorang pemuda menggeliat dari tidurnya, matanya perlahan terbuka, pemuda itu menyipitkan matanya, untuk menyesuaikan cahaya yang menembus penglihatan nya.

Devan terbangun dari tidur nya, dan sedikit merenggangkan tubuhnya. Ah tubuhnya pegal-pegal.

Devan duduk sebentar, setelah itu pergi ke kamar mandi.

Devan mengacak-acak rambutnya kesal, ketika di kamar mandi tidak ada shower, hanya ada gayung dan ember, bagaimana dia menggunakan benda itu? Hei sedari kecil dia tak pernah menggunakan benda itu (gayung) untuk mandi, walaupun orang tuanya membenci nya, tapi mereka tetap memberikan fasilitas yang baik untuknya.

Devan mulai memegang gayung dan memutarnya, meneliti.

Sebelum itu Devan menyalakan keran untuk mengisi ember dengan air.

"Ini kaya gini kan ya?" Devan menyiuk Aur itu menggunakan gayung, sehingga gayung terisi penuh oleh air.

Devan mulai mengguyur tubuhnya menggunakan menggunakan gayung yang terisi air.

15 menit berlalu, Devan sudah selesai dengan kegiatan mandinya, Devan keluar dari kamar mandi dengan handuk di pinggang nya.

"Devan membuka kopernya dan mengambil baju sekolahnya, dari dalam koper."

Devan langsung memakai seragamnya, setelah dirasa sudah rapi, Devan keluar dari Kontrakan dan mengunci kontrakan tersebut.

Devan menjalankan motornya meninggalkan kontrakan, menuju sekolah.









TBC


DEVANDRA (END)Where stories live. Discover now