BACA DULU BAB PERTAMA, KALO GAK SUKA CERITANYA BISA DI SKIP🙏
Ini tentang pemuda bernama Devandra yang kerap di panggil dengan nama Devan, pemuda yang sangat menyukai susu pisang.
Dia mempunyai sifat yang sangat humoris, ramah, dan juga sangat jail...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kayanya gue harus pulang deh," ucap Devan tiba-tiba, setelah mendapatkan pesan dari ayahnya.
"Lah Lo gak nginep?" Tanya Revan.
"Enggak, malam ini bokap gue balik dari luar kota soalnya, oh iya nanti bilangin sama bang Rion ya, kalo gue pamit pulang," jawab Devan.
"Oke, Lo hati-hati di jalan," ucap Revan.
"Yoi, gue pulang dulu," pamit Devan, dan berjalan ke luar markas.
"Dia kenapa kaya buru-buru banget ya?" Menolog Revan.
☘️☘️☘️
Kini Devan sudah sampai di pekarangan rumah nya, Devan langsung turun dari motornya, dan berlari menuju pintu utama, dia berdoa semoga dia bisa sampai terlebih dahulu dari pada ayahnya, tapi ketika dia hendak memegang gagang pintu, pintu itu terbuka dan nampak lah Damian yang sudah menatap tajam ke arahnya.
"Masuk!" Titah Damian sambil terus menatap tajam Devan.
"Sial! Gimana bisa ayah datang lebih awal dari pada gue," batin Devan.
Devan hanya menundukkan kepalanya, dan berjalan mengekori ayahnya itu, sampai ayah dan anak itu berhenti di ruang keluarga.
"DARI MANA KAMU, JAM SEGINI BARU PULANG? JADI SEPERTI INI TINGKAH MU, KETIKA SAYA TIDAK ADA DI RUMAH, MAU JADI APA KAMU INI, BUKAN NYA BELAJAR MALAH KELUYURAN TAK JELAS!" Marah Damian.
Devan tak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap ke arah ayahnya itu.
Inilah yang selalu Devan benci bila berhadapan dengan ayah maupun mamanya, dia akan menjadi lemah, dan tidak mempunyai kekuatan untuk melawan.
"PERCUMA SAJA SAYA MENGURUS KAMU DARI KECIL, KALAU SUDAH BESARNYA JADI ANAK PEMBANGKANG!"
"KAPAN AYAH MENGURUSKU! AKU DI URUS OLEH BIBI SELAMA INI!" Teriak Devan dengan dada yang naik turun.
"BERANI SEKALI ANAK BODOH SEPERTIMU MENERIAKI SAYA, SINI KAMU!" marah Damian dan menyeret Devan menuju ruang penyiksaan.
Setibanya di ruangan tersebut, Damian langsung mendorong kasar tubuh Devan, sampai Devan tersungkur ke lantai.
Damian mengambil salah satu cambuk yang ada di sana, dan mulai mencambuk tubuh Devan yang saat ini sedang ketakutan.
Sudah hampir 2 jam namun Damian belum juga berhenti menyiksa Devan, membuat kepala Devan pusing dengan nafas yang mulai memburu.
"Sudah cukup," lirih Devan dengan dada yang mulai terasa sesak dan nafas yang mulai memburu.
"Cih lemah! dasar anak tidak berguna!" Ucap Damian sambil membentur kan kepala Devan ke lantai, setelah itu dia keluar dari ruangan tersebut, tak lupa mengunci pintu ruangan tersebut sebelum dia pergi.
Sedangkan Devan saat ini kondisinya bisa di katakan tidak baik-baik saja, dengan luka yang dia dapatkan dari ayahnya itu, bukan hanya luka fisik namun juga luka batin yang sangat mendalam.