BACA DULU BAB PERTAMA, KALO GAK SUKA CERITANYA BISA DI SKIP🙏
Ini tentang pemuda bernama Devandra yang kerap di panggil dengan nama Devan, pemuda yang sangat menyukai susu pisang.
Dia mempunyai sifat yang sangat humoris, ramah, dan juga sangat jail...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Devan menatap langit-langit kamarnya yang ada di markas.
Devan termenung, dan beberapa kali menghela nafas.
Setidaknya dia merasa lebih baik jika di sini, tapi sampai kapan? Tidak mungkin dia terus menjadi beban untuk teman-temannya, dan bagaimana bisa kedua orang tuanya sudah lepas tanggung jawab, sedangkan dia saja hanyalah remaja biasa, bukan remaja seperti di cerita-cerita yang sudah sukses mempunyai usaha dan penghasilan di usia muda.
Hei dia ini hanyalah anak SMA, yang masih bergantung pada orang tua, bagaimana bisa kedua orang tuanya berkata bahwa dia sudah tidak mempunyai tanggung jawab terhadap nya, oke kalo mereka benci gak papa, tapi setidaknya nafkah mereka terhadap anak itu harus tetap ada!
Devan terus bergelut dengan pikirannya tanpa menyadari kehadiran seseorang di samping nya.
"Lo ada masalah?" Tanya orang tersebut membuat lamunan Devan buyar.
"Lo udah lama di sini paketu?" Tanya Devan pada Rion, ya orang tersebut adalah Rion.
"Udah, dari sejak Lo bengong, Lo ada masalah?" Tanya Rion lagi.
"Maaf gue gak nyadar, enggak ada ko," jawab Devan.
"Kalo ada apa-apa tuh bilang, gue tau Lo lagi banyak pikiran," ucap Rion.
"Gue beneran gak papa paketu?" Jawab Devan.
"Stop panggil gue kaya gitu," Rion menatap tajam Devan.
"Kaya gitu, gimana?" Tanya Devan pura-pura tak mengerti.
"Jangan pura-pura gak ngerti."
"Gue kan nanya, yang kaya gitu, gimana?"
"Stop panggil gue paketu!" Sarkas Rion.
"Kenapa? Kan bener Lo ketua gue," ucap Devan.
"Panggil gue Abang," pinta Rion.
"Gue gak bisa, gak sopan kalo gue panggil Lo kaya gitu, lagian Lo ketua gue, jadi wajar kalo manggil Lo paketu," ucap Devan santai, jujur saja ucapan Rion masih membekas di kepalanya.
"Van gue minta maaf, gue tau omongan gue kemaren udah keterlaluan," ucap Rion merasa bersalah.
"Gak perlu minta maaf, Lo gak salah, lagian apa yang di omongin sama Lo bener ko paketu,"Devan tersenyum tipis.
"Nah gitu dong, jangan berubah ya, tetep jadi adek yang gue kenal, maafin omongan gue kemaren," ucap Rion, menepuk kepala Devan dengan lembut.
Devan memeluk Rion erat. "Bang makasih ya, gue beruntung bisa kenal sama Lo, sama yang lain juga," ucap Devan, sambil memeluk Rion.
Rion yak menjawab dia hanya membalas pelukan Devan dan mengelus punggung Devan pelan.
"Bang kata anak-anak kita ada anggota baru ya?" Tanya Devan sambil melepaskan pelukan nya.
"Oh itu iya, kita ada anggota inti baru," jawab Rion.
"Anggota inti?" Tanya Devan memastikan.
"Iya anggota inti, nanti gue kenalin sama Lo," jawab Rion.
"Ko Lo nambah anggota inti gak bilang sama gue bang?" Tanya Devan menuntut penjelasan dari Rion.
"Maaf Van, gue lupa, lagian Lo baru ke markas hari ini," ucap Rion.
"Kan Lo bisa ngasih tau gue lewat handphone," ucap Devan.
"Udah lah kita baru juga baikan, jangan cari masalah lagi lah, lagian gitu doang Lo perpanjangin," ucap Rion kesal.
"Bukan gue memperpanjang masalah bang, cuma gue ngerasa gak berguna aja sebagai wakil Lo, sampai ada anggota baru aja gue gak tau, apalagi ini anggota inti" jujur Devan.
"udah lah gue minta maaf kalo gitu, lagian gue ketemu Rico (anggota inti baru) aja gak sengaja, waktu gue mau ke markas sama Gisela, gue gak sengaja nabrak dia, dan setelah itu gue bawa dia ke markas," Rion terdiam sejenak dan kembali melanjutkan ceritanya.
"Dan setelah itu gue tanya tanya-tanya sama dia, dan Lo tau Van, dia di usir sama keluarganya, setelah itu gue biarin dia tinggal di markas, dan ternyata dia jago dalam bidang IT, makanya Tampa pikir panjang gue langsung ngangkat dia sebagai inti geng Orion, dan lagi semua anggota juga udah setuju," jelas Rion.
"Bukannya setiap anggota inti punya kamar masing-masing? Sedangkan kamar inti di markas cuma ada 4, terus dia tidur di mana?" Tanya Devan.
Rion menatap ragu ke arah Devan. "Dia tidur di kamar Lo, gue kira Lo gak balik lagi ke markas," ucap Rion.
Devan yang mendengar itu terdiam dan mulai melihat ke sekitar kamarnya. Ah dia baru menyadari jika kamarnya sedikit berubah.
Devan menatap Rion. "Maksud Lo gak bakal balik ke markas lagi itu, apa bang!"
"Maksud gue, karna Lo gak balik ke markas selama beberapa hari jadi Rico tinggal di kamar Lo dulu, jangan salah paham Van," jelas Rion.
"Bang Lo tau kan gue paling gak suka kalo ada orang asing masuk ke kamar gue," Devan menatap Rion sedikit kecewa.
"Gue tau, tapi Rico bukan orang asing Van, dia udah gue anggap kaya adek gue sendiri," ucap Rion.
"Itu menurut Lo, beda lagi menurut gue! Lagian gue gak tau sifatnya dia kaya gimana."
"Dia anak baik-baik Van, percaya sama gue," ucap Rion.
"Terserah gimana Lo aja bang, bisa keluar dulu gak? Gue ngantuk," ucap Devan.
Rion menghela nafasnya dan pergi dari kamar Devan.
"Anjing lah!" Umpat Devan.
Devan pun merebahkan tubuhnya di kasur, dan tanpa sadar terlelap.
Makin gak jelas? Tau ko, kalo makin kesini malah makin acakadut, pusing deh, nanti deh kalo ini aku revisi, yang paling penting tamatin ceritanya dulu hehe, btw semoga sukaaa, see you next part guys.