"Nggak tau gue. Yang jelas gue nggak suka mainin cewek kayak Lo Bry."

"Tapi Lo mau kan sama tuh cewek? Gue denger banyak yang naksir dia."

"Gue juga tahu tapi yang naksir gue lebih banyak lagi."

"Bukan gitu maksud gue pe-ak!"

"Terus?"

"Sekarang gini deh Lo mau nggak PDKT sama dia?"

"Hmmm..."

"Gue anggep jawaban Lo iya. Ya uda gih deketin. Cemen banget Lo!"

"Masalahnya Bry, dari ceritanya Daryl, si Kyra udah nggak setuju sama acara jodoh-jodohan ini. Kalo dia maksa deketin, kayaknya dia bakal dapet minimal 3 tendangan setiap harinya."

Maurer yang dari tadi diam mendengar pembicaraan dua sahabatnya tiba-tiba menyela dengan kalimat panjangnya. Bryan tertawa ngakak mendengarnya, dalam hati Daryl juga membenarkan perkataan sahabatnya.

"Liat nanti deh."

◇◆◇◆◇◆

Bel jam istirahat pertama ini, ketiga cewek yang dielu-elukan sebagai cewek tercantik seangkatan itu lebih memilih menghabiskan waktu di kelas. Semua ini karena Kyra, dia sama sekali nggak mau ke mana-mana. Sebagai sahabat yang baik Lynn dan Rhea lebih memilih menemani sahabatnya ini toh mereka tidak merasa lapar juga. Lebih banyak Lynn dan Rhea yang bercerita, Kyra hanya menanggapinya sesekali. Mereka berdua sedang berusaha menghibur sahabat karibnya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi calon ibu muda.

Bel tanda masuk pelajaran keempat berbunyi, Bu Mita memasuki ruang kelas dengan senyum sumringah. Tapi seketika itu senyumnya hilang berganti dengan tatapan sebal pada ketiga bangku kosong di belakang.

"Ke mana ketiga anak itu?" tanya Bu Mita.

Tidak ada satupun dari anak-anak sekelas yang menjawab pertanyaan Bu Mita. Bu Mita hanya bisa menghela nafas panjang, beliau sudah mendengar sepak terjang ketiga anak itu sedari dulu. Guru-guru di SMP sudah meneriakkan alarm pada guru-guru di SMA. Mereka semua harus bersiap lahir dan batin untuk menghadapi anak-anak itu. Herannya, kenapa tidak dipisah saja kelas mereka?

Jawabannya, bila mereka dipisahkan berarti akan ada 3 kelas yang menjadi korban. Pasalnya mereka tak segan-segan membawa teman lain untuk bolos pelajaran. Nah, daripada makin banyak murid yang membangkang, mereka dijadikan satu kelas dengan harapan tidak ada jatuh korban murid yang tidak berdosa.

Hingga jam pelajaran berakhir ketiga cowok itu tidak juga kembali, padahal tas dan buku pelajaran mereka masih ada di kelas. Bu Mita sudah menyuruh satpam sekolah mencari ketiga anak itu tetapi hasilnya nihil. Tak ada satupun dari mereka yang kelihatan batang hidungnya.

◇◆◇◆◇◆

Lynn mengobrak-abrik tasnya, dikeluarkan seluruh isinya tapi tak ditemukan juga benda yang dicari. Buku PR bahasa Jepang.

"Ck, jangan-jangan ketinggalan di laci lagi. Aduh, bego banget sih gue! Mana pr-nya banyak. Besok jam pertama pelajaran Mita Sensei lagi. Masa gue pindahan dari Jepang nggak ngerjain tu PR. Dikira gue songong ntar."

Lynn menepuk jidatnya pelan sambil ngomel panjang tak jelas pada dirinya sendiri. Dengan segera diambilnya kunci mobil miliknya lalu segera dia melesat menuju Sekolah.

Parkiran sekolah di sore hari sangat lenggang. Hanya ada mobilnya sendiri dan tiga mobil mewah lain yang terparkir tak jauh dari mobilnya. Jam sudah menunjukan pukul 18.10 segera Lynn menyusuri koridor menuju ruang kelasnya yang berada di lantai 2. Ngeri juga jalan sendirian di koridor sepi begini. Lampu-lampu di tiap kelas sudah mati semua lagi!
Dibukanya pintu kelasnya perlahan, tampak keenam sosok manusia yang dikenalnya sedang berbicara. Gilby sibuk menggoda Daryl, cewek itu memebelai puncak kepala Daryl bahkan memeluk leher Daryl dari belakang. Daryl yang merasa jengah mencoba menyingkirkan tangan itu. Tapi Gilby sangat gigih untuk mempertahankan posisinya. Maurer yang duduk di sebelahnya sama sekali tak menganggap, malah asyik ngobrol dengan Bryan yang duduk di atas meja Kyra. Yura dan Xia ngobrol berdua di kursi yang biasa di tempati Rhea dan Bryan duduk.

I'm Not A Troublemaker #1Onde histórias criam vida. Descubra agora