"Kaluar kamu!" suruh pak Toyo emosi.

Maurer hanya mengangguk lalu berjalan santai keluar kelas dengan kedua tangan berada di kedua saku celananya. Diliriknya Lynn yang mengikuti kepergiannya dari sudut matanya. Dia tersenyum kecil melihat gadis itu.

◇◆◇◆◇

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Ketiga cewek itu ingin sekali pergi ke Kantin untuk mengisi cacing-cacing yang telah menggeliat di perutnya. Tapi langkah itu tertahan karena teman-teman sekelas telah mengitari mereka. Sebenarnya tidak semua sih... sebagian saja, yang sudah kepo dengan hal-hal pribadi dari ketiga cewek itu. Terutama Lynn, selain dia yang paling ramah, dia pernah tinggal di Jepang juga.

"Lynn, di Jepang Lo tinggal di kota mana? Sama siapa?" tanya Devi, belum-belum dia sudah didaulat menjadi ketua wartawan di kelas karena keceriwisannya saat MOS kemarin.

"Tokyo. Sama asistent aja di sana." jawab Lynn sekenanya.

"Ohh... kenapa lo pindah ke sana?"

"Lo bisa bahasa Jepang dong..."

"Keluarga lo?"

"Kok kata pak Toyo lo suka berantem sih?"

Berondongan pertanyaan dari teman-teman barunya membuat dia bingung sendiri mau menjawab dari mana. Rhea dan Kyra sudah kesal menunggu, mereka tadi juga tak luput dari pertanyaan-pertanyaan seperti Lynn. Tapi kebanyakan soal berantem kemarin, itupun di jawab dengan ogah-ogahan Oleh mereka.

"Oke. Gue pindah karena mau menuntut ilmu dan mencari suasana baru. Jelas gue bisa bahasa Jepang, kalo nggak gimana caranya gue sekolah? Keluarga gue di sini aja. Kadang papa ke luar negeri urus bisnisnya. Suka berantem? Big No! Gue uda bilang tadi. Gue itu cinta damai. Di Jepang itu kehidupan sekolahnya berat. Hanya ada dua pilihan. Di bully atau membully. Jelas gue nggak mau di bully!" jawab Lynn panjang lebar.

"So, lo ngebully?" Tanya Anke, cewek manis berkuncir kuda.

"Nggak. Gue cinta damai. Nggak percayaan banget sih? Gue bela diri aja di sana. Tapi geng gue di sana ctarr banget. Mereka nggak suka bully yang lemah, sukanya bertarung antar geng."

"Lo bertarung?" Ganti Ria yang bertanya. Nggak percaya aja, cewek cantik model Lynn adalah seorang petarung.

"Gue lebih banyak jadi penonton. Kalau mepet aja gue ikut, ter-pak-sa!"

"Oke, jumpa pers selesai. Perut gue keroncongan banget. Yuk Lynn," ajak Rhea sambil menarik tangan Lynn dan Kyra.

Belum sampai mereka keluar dari kelas, seorang murid cewek dari kelas lain berdiri di ambang pintu dan menatap Lynn, Kyra, dan Rhea satu persatu.

"Yang namanya Lynn, Kyra, dan Rhea di tunggu Bu Mita di ruang BK!"

"Ck!" Rhea berdecak sebal, ada saja halangannya untuk pergi ke Kantin.

"Mmm... Maurer dan gengnya juga." tambah cewek itu takut-takut lalu segera pergi meninggalkan kelas 10-3.

Mereka bertiga yang kebetulan masih di kelas segera bangkit berdiri menyusul langah ketiga cewek yang sudah berjalan duluan ke ruang BK.

◇◆◇◆◇

"Hari pertama masuk, jam pertama pula sudah membuat onar. Bagaimana dengan hari selanjutnya?" tanya Bu Erny.

Keenam murid bermasalah itu hanya bisa duduk sambil mendengarkan wejangan menyebalkan dari guru BK ini. Baru beberapa jam saja meninggalkan tempat ini mereka harus kembali lagi.

"Maurer, apa yang dipikirkan oleh seorang murid untuk datang sekolah tanpa membawa buku pelajaran?" pertanyaan dari Bu Erny membuat kelima teman sekelasnya memandang dirinya. Yang ditanya malah tak menggubris tak mau menjawab.

"Kamu juga Lynn. Berani menjawab perkataan guru di kelas!" tatapan tajam Bu Erny beralih padanya.

Dengan tenang dan cengirannya yang lebar Lynn membalas dengan tatapan puppy eyes-nya. Pandangan mata kelima orang itu jadi beralih padanya.

"Kan saya ditanya sama pak Toyo, ya saya jawab dong Bu... nanti tidak sopan kalau tidak mau menjawab."

Jawaban sok polos mampu membuat Bu Erny meradang seketika. Sedangkan kelima orang lain sibuk menahan tawa. Mereka semua tahu maksud ucapan dari Bu Erny untuk Lynn, dan jawaban sok polos dari Lynn yang dengan enteng dilontarkan tanpa pikir panjang pasti akan membuat guru yang berbicara dengannya menahan keki.

"Di kelas 10 ini sepertinya akan banyak calon pembangkang ulung. Untuk menjunjung keamanan dan ketertiban sekolah bila kalian berenam ketahuan melakukan perkelahian maka siap-siap saja kalian akan menerima hukuman!" ancam Bu Erny.

Mereka berenam hanya mengangguk-angguk seolah tak perduli dan tidak takut dengan hukuman dari pihak Sekolah. Dipikirnya adalah hukuman biasa seperti bersih-bersih ruangan yang tentunya tidak akan pernah mereka kerjakan.

"Hukuman kalian adalah menjadi pengasuh di Panti Asuhan Kasih. Kalian akan belajar berbagi di sana selama satu bulan," lanjut Bu Erny kalem.

Kontan saja mata mereka berenam melotot. Tak habis pikir sekolah akan memberikan hukuman sekejam itu.

"Ibu Erny, kami bayar mahal untuk belajar di sekolah bukan jadi pengasuh!" seru Kyra dan diangguki oleh kelima temannya yang lain.

"Belajar? Bukannya berkelahi? Daripada kalian membayar untuk melakukan tindakan negatif lebih baik saya bantu kalian untuk mendapatkan pahala."

"Tapi Bu..."

"Gampang saja kan. Kalian tidak perlu berkelahi jadi kalian tidak akan mendapat hukuman itu. Kalian ini sudah dianggap sepaket jadi salah satu saja dari kalian berkelahi kalian berenam akan langsung ke Panti!" jelas Bu Erny tandas.

"Nggak adil Bu!" Seru ketiga cewek cantik itu bebarengan. Membuat Maurer, Daryl, dan Bryan juga Bu Erny terlonjak kaget dengan suara cempreng mereka.

"Keputusan sudah bulat. Silahkan kembali ke kelas."

"Masa Gue disuruh urus anak orang! Ogah Gue!" oceh Kyra keki sambil menghentak-hentakan kakinya ketika keluar dari ruang BK.

"Selama Lo nggak berantem di lingkungan sekolah nggak masalah kan," ujar Lynn.

"Oke, mungkin kita bisa. Tapi mereka bertiga tuh! Gue denger dari jaman bahaula mereka jagonya gebukan," sahut Rhea sambil menunjuk arah Maurer dan kawannya dengan dagu.

"Weits, jangan salah. Kita juga cinta damai," ucap Bryan membela diri.

"Yakin Lo nggak berantem?" tanya Daryl.

"Nggak!" jawab Bryan langsung dengan yakin.

Ketiga cewek itu hanya bisa menghela nafas panjang, lalu pergi meninggalkan ketiga cowok itu dengan tampang putus asa.

"Ngapain sih kita dipaket-paketin sama mereka?!" Omel Kyra.

"Biar hemat," sahut Lynn sekenannya.

"Lo kata KFC pake paket hemat?" dengus Kyra kesal.

Rhea dan Lynn hanya bisa terkikik geli, meratapi nasib juga percuma. Nama mereka bertiga sudah terkenal di seantero sekolah karena perkelahian dan kecantikan mereka. Entah mereka harus bangga atau malu.

◇◆◇◆◇◆

Halooo...
Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan....
Mohon maaf lahir dan batin

Khusus update bagi pembaca cerita abal setia saya. Siapa tahu ada yang lagi itung" omset terus ada yang mau bagi, hehe



I'm Not A Troublemaker #1Où les histoires vivent. Découvrez maintenant