"Nama saya pak Toyo, guru fisika kalian setahun ke depan. Jangan membuat masalah di kelas saya atau saya keluarkan kalian."
Walaupun pak Toyo mengatakan dengan nada biasa saja, entah mengapa terdengar seperti suara petir menyambar di telinga mereka. Pandangan mata pak Toyo menyapu seluruh seluruh isi kelas dari sudut ke sudut. Tatapannya berhenti di pojok kanan kelas melihat Maurer dan gengnya juga Kyra dan Rhea.
"Kalian berlima yang di belakang. Peringatan keras untuk kalian, jangan membuat masalah di kelas saya. Cukup jadi jagoannya saat MOS kemarin," kata Pak Toyo dengan nada tegas.
Ditatapnya wajah mereka satu persatu. Mulai dari Kyra lalu beralih ke Daryl, Maurer, Bryan, dan Rhea. Mereka berlima terlihat cuek, menganggap omongan gurunya ini angin lalu. Dialihkannya mata tajamnya itu ke arah Lynn, disipitkan matanya untuk melihat dengan jelas wajah ayu itu.
"Kamu Lynn, yang tidak ikut MOS, berasal dari sekolah Jepang itu ya?"
"Iya pak," jawab Lynn dengan senyumnya yang manis. Tampak lesung pipit di pipi kanannya.
"Saya dengar dari Bu Mita bahwa di catatan khusus siswa kamu di Jepang kalau kamu suka bolos dan beratem di sana. Saya harap kamu tidak akan melakukan hal yang sama di sini. Apalagi tempat duduk kamu bersebelahan dan dekat dengan pembuat ulah," cetus pak Toyo tanpa basa-basi.
"Sebenarnya saya murid yang baik pak. Hanya saja kadang saya ingin mencari udara segar kalau bosan. Saya juga cinta damai pak. Saya tidak suka kekerasan, berhubung terpaksa." jawaban Lynn yang jujur dan terkesan innocent itu malah membuat geli anak-anak do Kelas.
"Jangan melakukan hal buruk. Apalagi kamu sudah duduk diantara para pembuat rusuh," tambah pak Toyo.
"Pembuat rusuh? Oh, maksudnya Kyra sama Rhea?" tanya Lynn berlagak baru ngeh dengan ucapan pak Toyo.
"Saya tidak janji Pak, memang dari dulu mereka ini teman seperjuangan saya untuk rusuh di sekolah sebelum saya pindah ke Jepang. Tapi, Bapak trnang saja karena Saya yang paling alim," penjelasan Lynn yang berlagak polos tapi bego kontan membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak.
Tampang salut dari teman-temannya sekaligus kagum untuk Lynn karena sanggup menjawab dengan 'polos', membuat suasana kelas menjadi riuh. Sadar kalau guru di depan kelas ini termasuk dalam jajaran guru killer membuat mereka bungkam seketika. Pak Toyo masih menatap Lynn datar dan dingin. Yang ditatap malah nyengir kuda. Cukup sudah Kyra dan Rhea tak tahan lagi, di tengan tatapan dingin pak Toyo ke Lynn. Mereka berdua dengan santainya tertawa terbahak-bahak.
"DIAM!" bentak beliau menahan keki.
Kyra dan Rhea langsung diam seletika. Bukan apa-apa, takut saja kalau gurunya tiba-tiba jantungan. Pak Toyo memerintahkan seluruh murid kelas 10-3 untuk membuka buku paket bab pertama. Dicorat-coretnya papan tulis dengan rumus-rumus fisika yang sudah dihapalnya di luar kepala. Maurer menguap lebar, membuat pak Toyo memperhatikan dirinya. Guru itu bukannya tidak sadar kalau sedari tadi muridnya ini tidak menulis satu apapun.
"Maurer! Salin semua rumus di ini di buku catatan kamu!" perintah Pak Toyo dengan tegas.
"Saya tidak bawa buku catatan pak," jawab Maurer kalem.
"Jangan bohong! Ini hari pertama kamu sekolah. Seharusnya kamu menyediakan buku baru untuk mencatatnya!"
"Justru itu pak! Tas saja saya tidak bawa, bagaimana saya bisa mencatat?"
Seisi kelas bengong mendengar jawabannya. Mereka semua sibuk melongok melihat bangkur Maurer. Dan ajaib! Perkataannya benar. Tidak ada tas Maurer di sana. Daryl dan Bryan nyengir lebar dibuatnya, sudah biasa melihat kelakuan sahabatnya ini yang sedari dulu tak pernah berubah.
BINABASA MO ANG
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
PART 7
Magsimula sa umpisa
