"Tapi tidak di sini" balas Alan.
Pemuda itu kembali berusaha menarik tangan Jian, namun Jian lagi-lagi menahannya. Bahu Alan seketika meluruh, ia merendahkan tubuhnya lalu berjongkok berhadapan dengan Jian.
"Meir, apa yang pernah kukatakan padamu? Tolong hanya percaya padaku. Kau melupakannya?" Alan merendahkan suaranya, menatap dalam Jian hingga pemuda itu membalas tatapan sendu, ia tak ingin menjawab apapun.
"Meir, please" nada Alan putus asa. Alan menyentuh kedua bahu Jian lalu mengguncangnya. Jian masih terdiam, menatap Alan dengan pikiran kalut, terbawa pada ingatan yang datang satu persatu lalu membuatnya goyah dan meragukan pendiriannya.
Suara Ben muncul mengisi kepalanya, terus mengatakan kalimat lama yang tak ingin Jian dengar,
...... Callum yang menginginkan hal itu, dia menuliskannya dalam surat wasiatnya.
Suara Gemma kemudian menyambut, mengucapkan kata-kata yang membuat Jian sesak,
...... Resort ini rencananya ingin digunakan untuk acara pertunangan Alan dan Aster.
Lalu yang terakhir kalimat Maya yang kembali terdengar, melengking sampai Jian semakin ingin mengeluarkan isi perutnya,
...... Aster dan keluarganya ingin semuanya dipercepat. Bahkan pernikahan yang kami rencanakan tahun depan juga harus dilakukan akhir bulan ini.
"Meir!" Tubuh Jian kembali terguncang, Alan masih berusaha membuat Jian bicara.
Jian hanya menatap kosong, membiarkan pikirannya kembali dikuasai oleh ingatannya. Kali ini bayangan saat Alan bicara serius tentang hubungan mereka berputar di kepalanya,
...... Aku harap kau percaya padaku. Apapun itu, tolong hanya–percaya–padaku.
Jian menghela nafasnya, menampik hati kecilnya yang terus bertanya-tanya,
Aku harus tetap percaya atau selama ini aku hanya dibodohi?
"Meir, tolong jawab!" suara Alan membawa Jian kembali tersadar.
"Kau percaya padaku?" Alan bertanya sembari menyentuh kedua pipi Jian.
Jian memperhatikan wajah Alan yang sudah memerah dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Hatinya luluh, ia mengerjapkan kedua matanya lalu mengangguk. Sekelumit penyesalannya mencuat, dirinya sudah membuat Alan khawatir. Jian mengangguk sekali lagi, terus meyakini orang yang hanya berjarak lima senti di depannya.
Alan mengehela nafas lega lalu memejamkan matanya, menyatukan kedua dahi mereka sembari terus menangkup erat wajah Jian dengan kedua tangannya.
"Terima kasih" desah Alan.
—
Tak ada suara apapun selain bising perjalanan dari dalam mobil. Alan sibuk mengemudikan mobilnya, matanya lurus ke depan, dengan rahang yang mengatup kencang. Tak ada sama sekali pembicaraan yang terjadi diantara kedua pemuda yang tengah berkecamuk oleh pikirannya masing-masing.
Jian menyandarkan kepalanya pada kaca pintu mobil, menatap kosong jalanan di sampingnya tak sekalipun bertanya kemana Alan akan membawanya.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Thirteen
Start from the beginning
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)