Aster mengernyit lalu menatap Alan "Kau takut dia akan mengatakan hal jujur tentangmu? Dia pasti tahu soal batasan. Jika masih tidak tahu juga, biar aku yang membantu mengingatkan" Aster menekan setiap kata-katanya.
Dahi Alan mengerut siap-siap menggertak "Kau—"
"Alan" Remy memperingatkan dengan suara yang rendah. Alan terkesiap, menarik lagi kalimatnya.
Tak ada lagi yang berani bicara, semua seketika terdiam sampai Remy berdeham lalu memandang sinis anaknya "Aku berencana mengumumkan tanggal pertunangan kalian saat penyambutan"
"Apa pentingnya untuk yang lain?" Alan bicara datar.
Aster menyunggingkan senyum miring, lalu sedikit mendengus "Apa kita langsung menikah saja? Tidak perlu bertunangan, hal itu memang sepertinya tidak lagi penting"
"Bukankah Alan juga pernah menginginkan hal seperti itu?" Maya menyambar.
Aster mengangguk, lalu tersenyum puas merasa ada orang lain yang tengah membelanya "Kau harus datang ke acara pernikahan kami, Jian" Aster memandang Jian, sadar orang yang disebelahnya masih bungkam.
"Tentu. Aku akan menungggu undangan pernikahan kalian lebih dulu" Jian bicara santai, disambut senyum anggun Maya.
"Jian sangat tampan, kau akan cepat menyusul mereka" Maya bicara yakin sembari menyentuh tangan Jian yang duduk bersebrangan dengannya.
Belum sempat Jian merespon, Aster sudah bicara mendahului "Sejujurnya Jian terlihat cantik jika di lihat dari dekat. Pantas Alan menyukaimu"
"Kau bicara apa?" Alan menggeram, matanya sudah di penuhi amarah. Mengingatkan Jian pada tatapan marah Alan saat pertama kali ia masuk ke dalam kamarnya.
"Kau pasti menyukainya, kan? Dia menawan, siapa yang tidak ingin berteman dengannya?" Aster mencondongkan tubuhnya pada Alan seolah-olah tak ingin orang yang duduk di sebelahnya yang lain ikut mendengar.
"Aku berteman dengan siapa saja tanpa memandang fisik" Alan mengerang.
"Jadi aku harus meralat kalimatku? Menjadi—"
"—dia menawan, siapa yang tidak ingin berkencan dengannya?"
Tak
Alan menghentakkan gelas berisi single malt-nya di atas meja, kilatan amarah dari matanya tak terbendung menatap Aster hingga mampu mengabaikan tatapan tajam ayahnya "apa kau sadar dengan apa yang kau ucapkan?" Nada Alan cukup lantang, ia tak peduli jika keluarga Oury mendengarnya.
Aster menganga, tak menyangka Alan akan semarah itu. Gadis itu mengerjap kemudian menatap Jian yang saat ini membeku, merasakan jantungnya berdetak kencang sembari mencerna apa yang sedang terjadi?
Alan beranjak berdiri kemudian mengulurkan tangannya pada Aster "Aku mau bicara"
Aster menoleh, diam terpaku selama beberapa detik kemudian menyambut tangan Alan tanpa penolakkan "Maaf, kami permisi" Alan memandang sekilas ke arah orang tuanya lalu pergi bersama Aster.
Jian mengawasi dua sejoli palsu itu, berjalan menuju bangunan utama. Menaiki tangga besar lalu menghilang di sebuah lorong panjang yang menghubungkan antara taman ke bangunan penginapan mewah.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Thirteen
Start from the beginning
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)