Nathan mengangguk kecil, sedikit menggigit bibir bawahnya namun sama sekali tidak terlihat kecewa "Sebenarnya aku sama sekali tidak terkejut mendengarnya. Percaya atau tidak, aku sudah memiliki firasat hal ini akan terjadi"
"Apa aku harus bicara pada pamanmu?" Tanya Jian. Dia merasa tidak enak seolah-olah tengah membatalkan proses transaki secara sepihak—padahal tidak ada uang sepeserpun yang ia keluarkan.
"Tidak usah. Pamanku sudah memberikan kunci rumah itu padaku dan kau bisa menempatinya kapan saja saat kau siap. Jangan merasa terbenani" Nathan menepuk bahu Jian.
Jian menghembuskan nafas lega, matanya berbinar "Ini mungkin akan terdengar berlebihan, tapi aku bersyukur kau adalah salah satu orang yang bisa kukenal di hidupku"
Nathan sedikit membuka mulutnya lalu tertawa "Selain aku siapa lagi?"
Sebelum Jian menjawab pintu Orion tiba-tiba terbuka, mengundang tatapan mata Jian dan Nathan untuk menoleh ke arah pintu utama. Jian menahan nafasnya selama beberapa detik, tengah termangu saat pertanyaan Nathan terjawab secara tak langsung.
Nathan sedikit menyentuh lengan Jian, mengingatkannya untuk segera melayani pengunjung. Jian sekilas mengangguk lalu memperhatikan Alan yang tengah berjalan menghampirinya dengan tatapan yang selalu ia perlihatkan pada orang lain—dingin namun terlihat mengaggumkan.
Alan menggunakan crewneck sweatshirt berwarna biru gelap, slim pants denim dan sneakers cokelat, berdiri berhadapan dengan Jian dengan jarak yang hanya terhalang oleh meja kasir.
"Seperti biasa" Ucap Alan, sebelum Jian bertanya.
"Baik" Jian mulai mencetak stiker pesanan Alan lalu memberikannya pada Nathan yang sudah siap membuatkan pesanan.
Alan kemudian membiarkan matanya menjelajah display pastry, hendak mencari sesuatu yang ingin ia nikmati sembari menunggu Jian selesai bekerja.
"Aku juga mau—"
"Empat dolar" Jian memutus sebelum Alan berhasil memilih pesanan yang lain.
"Hah?" Alan mengernyit.
"Satu hot americano, empat dolar" Jian memperjelas kalimatnya, nampak tak ingin berlama-lama melayani pelanggan yang saat ini berada di hadapannya.
Alan hanya mengangkat kedua alisnya lalu mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya dan memberikannya pada Jian dengan tatapan bingung.
"Masih lama?" Tanya Alan.
Jian menunjuk sekilas Nathan yang sedang menuangkan hasil racikan kopi yang sudah tersaring sempurna ke dalam gelas "Sedang dibuat"
"Bukan. Kau masih lama?" Alan merendahkan suaranya.
Jian menghela nafasnya lalu nyaris berbisik "Kau datang terlalu cepat"
Alan tersenyum tipis, memamerkan lesung pipi yang terlihat samar "Karena aku ingin menemui pa—"
Jian menerima gelas berisi hot americano dari Nathan lalu memberikannya langsung pada Alan tanpa jeda "Terima kasih" Jian memutus.
Alan lagi-lagi tersenyum pasrah, sedikit merasa tak terima hanya berhasil membawa satu gelas americano-nya lalu duduk di kursi kosong yang berada di pinggir ruangan.
"Dia—"
"Benar, dia bos temanku" Jian memutus perkataan Nathan.
Nathan mengerutkan dahi "Aku sudah tahu dan aku tidak bertanya soal itu"
"Oh, ada apa?" Jian sedikit merasa bersalah.
"Kau belum mengembalikan kartunya" Nathan menunjuk kartu milik Alan yang masih berada di tangan Jian.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Eleven
Start from the beginning
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)