Ben meletakkan dokumen yang ada di tangannya di atas meja lalu mengangkat wajahnya, melirik dan mengawasi Alan dari ekor matanya.

Alan termenung kemudian mengangguk "Tolong ingatkan Hanna untuk tidak telat"

Gemma menarik senyum, puas izinnya disetujui. Gadis itu kemudian memakai kembali kaca matanya dan meneruskan kegiatannya.

"Sudah?" Alan beralih pada Ben, mengulurkan tangan untuk meminta dokumen miliknya.

Ben dengan cepat memberikan map hitam itu pada Alan. Lalu tanpa pamit, sang atasan keluar dari kamar meninggalkan Gemma dan Ben dalam diam.

Ben beranjak dari tempat duduknya. Mengambil secangkir sisa kopi miliknya dari meja nakas lalu kembali duduk di tempat semula, memandang Gemma dengan tatapan serius, siap mengintrogasi.

"Jian yang memberitahumu?" Ben memecah keheningan usai menyeruput kopi dinginnya sampai habis.

Gemma mengalihkan pandangannya sebentar dari layar laptop untuk balik menatap Ben "Siapa lagi?"

"Di mana rumah barunya?" Tanya Ben lagi.

Kali ini Gemma benar-benar menutup laptopnya. Dia butuh istirahat dan yakin makanannya akan sampai sebentar lagi "Aku juga belum tahu pasti. Dia baru memberitahuku semalam"

"Apa dia memang punya rencana itu sebelumnya?"

"Aku sudah menyuruhnya pergi dari rumah orang tuanya sejak dulu. Tapi kau tahu kan, sekarang ini tidak ada tempat tinggal yang murah—lalu baru semalam Jian menghubungiku, dia bilang kalau pemilik Orion memberinya tempat tinggal. Dia bahkan sedang melihat tempatnya sekarang dan mengirimkanku foto rumahnya" Gemma menjelaskan panjang lebar.

"Syukurlah" Ben menggumam.

"Kau mau mengantarku menemui Jian, kan?" Gemma bertanya lembut.

"Tentu. Tentu saja" Ben mengangguk kecil, lalu merogoh ponsel dari saku celananya. Membuka pesan singkat yang baru saja ia terima.

|Alan
12:05 Ben, bisa tolong ke kamarku sekarang?

Jian sejak tadi menatap piring kosongnya yang masih berada di atas meja. Pemuda itu baru saja menyelesaikan makan malamnya dengan menghabiskan satu porsi chicken chop dan setengah chicken mushroom soup milik Katrina yang tak habis termakan.

"Porsinya seperti untuk tiga orang" Katrina menyeletuk sembari memperhatikan Nathan yang baru saja menenggak habis teh lemon di gelasnya.

"Tidak. Ini pas untuk porsiku" Jian menyambar sembari membuka ponselnya, hendak memastikan jam berapa sekarang.

Ponselnya mati.

Pantas sejak tadi Jian tak mendengar satupun pemberitahuan yang masuk. Pemuda itu bahkan tak sadar sejak kapan ponselnya tak lagi berfungsi dan kapan terakhir kali ia menyentuhnya.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Jian.

"Sembilan" jawab Nathan setelah melirik jam tangannya.

Jian hanya mengangguk lalu menoleh ke arah jendela restoran. Di luar hujan.

"Si pemilik apartemen itu masih di luar kota, kan?" Nathan membuka topik percakapan baru.

Jian mengangguk lagi "Dia pulang minggu depan"

"Semoga dia bukan tipe orang yang suka mempersulit orang lain" Katrina sedang sibuk memotong puding cokelat menjadi beberapa bagian—menu gratis yang di berikan oleh restoran.

Staff restoran yang tidak ingin menunjukkan jati dirinya, menyukai salah satu dari mereka bertiga.

"Dia tidak punya hak untuk melarangku. Dia bukan siapa-siapa" Jian sedikit menghela nafasnya.

Middle Name | JAEWOO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang