Bagian Dua Puluh Satu (3)

33.5K 3.5K 350
                                    

"Sona, bantu aku ganti baju!" titahnya buru-buru. Tidak mungkin dia menyambut calon suaminya dengan piyama sederhana ini, bukan?

"Tapi, Tuan hanya ingin menjenguk Anda, Nona. Anda bisa berbaring saja, tidak perlu ganti-,"

"Tidak bisa. Aku harus terlihat rapi," sela Ilthera sementara fokusnya menyisiri rambut di depan cermin.

Jangankan menjenguk, mau pria itu cuma mengintip dari jauh pun Ilthera akan tetap merias diri. Bukan karena ia menyukai Tuan Deus, tapi ini menyangkut masa depan Henvitas yang membutuhkan anak dengan darah unggul.

Dalam sepuluh menit, Ilthera berhasil memperbaiki penampilannya dengan bantuan Sona meskipun tidak maksimal.

Ia membungkuk sedikit ketika pria dengan vest melekat pas di tubuh gagah itu memasuki kamar. "Kau masih belum pulih. Kembali berbaring saja," ujarnya tetap dengan muka datar.

Jujur, Gestan khawatir mengetahui betapa ringkihnya tubuh Ilthera. Maka dari itu, dia perintahkan pada pelayan untuk memperhatikan pola makannya.

Jika wanita ini sampai meregang nyawa saat tinggal di kastil, bisa-bisa Sharka meminta pertanggungjawaban. Dan itu merepotkan. Setidaknya, Gestan harus mencegahnya mati sebelum Harazelle ditemukan.

"Tidak apa-apa. Berkat perhatian Tuan Deus saya sudah merasa jauh lebih baik."

Satu detik usai berkata demikian, pandangan Ilthera tiba-tiba memburam. Segera ia tundukkan kepala guna menyembunyikan kerutan alis yang menunjukkan rasa tidak nyaman pada tubuhnya.

Tahan, jangan sampai pingsan, jangan pingsan...,

Gawat jika Tuan Deus menganggapnya wanita penyakitan. Pria itu pasti akan berpikir berulang kali sebelum menidurinya.

Helaan napas panjang terdengar dari arah Gestan. Oh, tidak. Tuan Deus sepertinya sudah muak denganku. Dugaan-dugaan negatif membuat Ilthera semakin berkecil hati.

Sementara ia berkecamuk melawan diri sendiri, Duke tiba-tiba mengangkat tubuh kurusnya tanpa berkata apa-apa.

"Akh!" kejut Ilthera refleks mencengkram kain di bahu Duke. "T-tuan, saya tidak apa-apa! Tolong turunkan!"

Sesuai permintaan Ilthera, Duke menurunkan wanita itu. Tidak, lebih tepatnya membaringkannya kembali ke kasur.

"Jangan paksa dirimu berbuat sesuatu yang tidak kau inginkan," nasihat Duke, bermaksud menyinggung masalah utama yang sedang dihadapi Ilthera. "Tidak ada yang akan menegurmu selama di sini. Kau bebas melakukan apapun sesuai kemauanmu."

Jov bilang, pernikahan pertama Ilthera juga dilandasi atas kesepakatan Sharka. Jika tebakannya tidak salah, pria licik itu sepertinya berambisi mengumpulkan kekuatan hebat dari belahan dunia demi memperkokoh Henvitas.

Apa dia tidak sadar dirinya hanya diperalat oleh kakaknya?

Duke tidak menyukai Ilthera, tapi dia jauh lebih tidak suka pada Sharka. Jika bisa, Duke ingin mengubah pandangan Ilthera bahwa keyakinan di daerah asalnya itu salah.

Kelaparan, kemiskinan dan keterbelakangan bukan hal yang patut dibanggakan. Itu adalah bencana. Hanya pengikut dewi gadungan yang menganggapnya sebagai berkah.

Barangkali, wanita itu bisa disadarkan untuk mengusir orang-orang seperti Sharka. Andai itu menjadi kenyataan, sebagai pemimpin wilayah besar, Duke tidak keberatan memberi dukungan besar pada mereka. 

Gestan mengeluarkan penunjuk waktu berbentuk kompas dari saku. Dirasa telah menyita waktu kerjanya lebih dari sepuluh menit, pria itu kembali menutupnya.

Be My Father?Where stories live. Discover now