Bagian Dua Puluh (3)

Mulai dari awal
                                    

Oh, benar. Aku berada di Aslett sekarang.

Hangat perapian cukup melawan temperatur dingin dalam ruangan, tapi mengapa tubuhnya masih terasa dingin, ya?

Ilthera memutuskan menarik tali guna memanggil pelayan. Tiga wanita berseragam masuk dengan sopan.

"Kemana Odetter pergi?" tanya Ilthera, masih duduk di tepi ranjang.

Pajamas putih di balutan tubuhnya ini begitu lembut. Sangat berbeda dengan kualitas kain Henvitas. Padahal hanya untuk menutupi badan. Tidakkah mereka terlalu berlebihan?

"Nona pergi bermain dengan Tuan Muda dan Nona Lala," sahut Sona yang sejak kemarin telah mengenalkan diri sebagai pelayan pribadi selama Ilthera tinggal di kastil.

Dengan anak-anak Tuan Deus? Di balik helai rambut cokelat kemerahan itu, alis Ilthera mengerut samar. Odett tidak akan membuat masalah, 'kan?

Pasalnya, Odetter bukanlah anak biasa. Putri Henvitas kesayangan Sharka itu mewarisi kemampuan unik dari ayahnya.

Ilthera khawatir anak Tuan Deus akan mengalami hal buruk akibat kekuatan Odett dan menyebabkan pertunangan mereka dibatalkan.

"Anda ingin kami menyiapkan makanan di kamar atau di ruang makan?" tanya Sona ketika dua rekan pelayannya mendekatkan troli berisi air hangat untuk membasuh wajah calon tunangan Tuan Duke tersebut.

"Nanti saja. Aku belum lapar."

"Tapi, Anda sudah melewatkan jam sarapan dan makan siang."

Pelayan berambut sebahu bernama Sona ini benar. Ia harus menjaga kesehatan demi mempersiapkan tubuhnya mengandung bayi.

"Kalau begitu bawakan aku makanan sederhana di sini saja."

"Baik, Nona."

Selesai membasuh wajah, Sona menyerahkan kain lap bersih. Dari jarak sedekat ini, Sona dapat melihat betapa menonjolnya tulang selangka Ilthera.

Bahkan nona bangsawan yang terobsesi dengan kecantikan pun tidak akan menjalani diet sampai sekurus ini.

Apa benar dia adalah wanita berstatus tinggi dari sebuah wilayah? Kecuali Ilthera memiliki sakit berat atau diterlantakan oleh keluarganya.

"Saya akan bantu merapikan rambut Anda." Sona mempersilakan wanita itu duduk di meja rias selagi menunggu dua rekannya mengambil makanan.

"Apa, Tuan Deus sibuk hari ini?"

"Maaf, Nona. Saya tidak tahu. Tapi beliau pasti akan menemui Anda jika ada waktu."

Ilthera mengangguk. Pancaran senang dan sedih bercampur diraut wajahnya menjadi satu. Ia senang lantaran terbebas dari rasa canggung saat bersama Tuan Deus. Namun, di sisi lain ia kecewa karena sepertinya pria itu tidak tertarik padanya.

Ilthera merasa tidak memiliki daya tarik yang cukup untuk memikat Gestan.

Mematut diri di depan cermin, Ilthera terngiang bayangan menawan perempuan itu.

Sosok sempurna yang ditetapkan sebagai persembahan Henvitas. Dia begitu indah bagai pahatan dewi.

Surai panjangnya lembut nan bergelombang. Bingkai wajah yang halus, hidung kecil dan lurus. Semua itu tampak serasi dengan manik safir dan bibir penuh.

Tubuh berisinya pun sangat pas bagi kaum hawa. Apalagi dimata pria. Andai aku secantik wanita itu, akankah Tuan Deus melirik padaku?

Tak berselang lama usai Ilthera merapikan tataan rambut dan berganti pakaian, makanan yang dimintanya datang.

Be My Father?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang