ARCHILLES 06

144 13 1
                                    

...

Matahari menusuk di celah-celah pepohonan, mengusik gadis yang masih betah di alam mimpinya, membuatnya terbangun.

Xennia menatap langit-langit kamarnya, mengerjapkan mata berkali-kali kemudian menghembuskan nafas. Tangannya meraba-raba meja nakas di samping ranjang, mencari handphone untuk melihat jam, hingga matanya membelalak lebar. 07:27.

"Shit!" Pelajaran pertama dimulai pukul 08:00, gadis itu terlambat bangun.

Menghabiskan sepuluh menit untuk mandi, beberapa menit untuk menggunakan pakaian, menyisir, menggunakan sedikit bedak juga sedikit memoles lipbalm, tak lupa mengikat slayer hitam di pergelangan tangannya.

Menggunakan taxi ke sekolah adalah hal yang sangat jarang ia lakukan, ia lebih sering berjalan kaki atau menggunakan ojek online jika sangat di perlukan, namun karena sekarang adalah keadaan paling darurat, ia merelakan beberapa lembar uang keluar.

Xennia turun dari taxi, melihat gerbang yang sudah tertutup membuatnya mendengus, gadis itu melirik arlojinya, 08:07.

Mengeluarkan sedikit lebih banyak uang ternyata tidak membantunya, menyebalkan.

"Telat, Neng?”

"Cuma tujuh kok menit, Pak. Tolong bukain, ya?" gadis itu memelas, terlambat sekolah adalah hal yang paling memalukan.

"Siap, Neng." Xennia tentu saja berbinar, menatap memuja pada Pak Jarot yang tidak lain adalah Pak satpam.

"Makasih, Pak."

"Tapi sudah ditunggu di lapangan sama Pak Reno." Double kill, guru BK.

Ia kira Pak Jarot benar-benar melepaskannya, namun ternyata ada yang makhluk yang mengerikan sedang menantinya, Pak Reno, alias guru BK.

"Tumben sekali kamu terlambat, Xennia? " Xennia berjalan mendekat, ternyata di lapangan bukan hanya ada Pak Reno, tapi juga sudah ada beberapa murid yang mungkin juga terlambat, bahkan ada Aergeus dan teman-temannya.

"Terlambat bangun, Pak."

"Alasan!"

Huh, sudah Xennia duga. Pak Reno memang sangat menyebalkan. Sepertinya akan sangat menyenangkan jika spesiesnya itu langka, kedamaian dunia sepertinya akan musnah jika orang seperti Pak Reno ini merajalela.

"Saya tidak menerima alasan apa pun, yang namanya terlambat tetap saja terlambat, apa pun alasannya." Terus tadi kenapa nanya, Pak?

"Keliling lapangan dua puluh putaran, dan untuk Xennia, karena kamu perempuan cukup sepuluh putaran saja. Sekarang!" Pak Reno melangkah pergi, meninggalkan muridnya yang mengeluh kepanasan.

Mau tidak mau Xennia juga harus berlari, namun saat hendak melangkah, pergelangan tangannya di tahan. Pelakunya adalah Aergeus.

"Jangan lari."

"Hah?” Xennia bukannya tidak mendengar.

"Jangan lari." Bukan itu yang Xennia maksud, ia mendengar apa yang Kakak kelasnya ini katakan, hanya saja kenapa pria itu melarangnya berlari?

"Gue di hukum, Kak."

Laki-laki itu menyipitkan mata, menghalau cahaya matahari untuk tidak masuk ke matanya. "Duduk di tempat yang teduh, biar gue yang ambil hukuman lo."

"Lo juga di hukum, Kak Aergeus, kalau lo lupa."

"Tiga puluh putaran." Apa sih? Xennia tidak mengerti, sepertinya Aergeus mendapatkan nilai yang sangat rendah di pelajaran bahasa Indonesia.

ARCHILLES♤ [END]Where stories live. Discover now