CHAPTER 8

280 35 9
                                    

Zhou ZiShu menarik Li Lianhua untuk duduk di atas ranjang. Ia menggenggam erat tangan Li Lianhua. Anaknya sendiri tidak menunjukkan penolakan apapun.

"Gu Xiang. Kami biasa memanggilnya A-Xiang"

Akhirnya nama itu terucap dari mulut Zhou Zishu setelah sekian lama terkubur dalam memorinya.

"Dia adalah anak yang dibesarkan sendiri oleh ayahmu. Belum genap dua belas tahun ketika ia memungut A-Xiang yang tersasar. Kisah ini terjadi jauh sebelum ayahmu menikah dengan Niang. Berbeda denganmu yang pendiam, A-Xiang sangat periang, tidak bisa diam, dan cerewet."

"A-Xiang adalah adik kecilnya yang ia besarkan seperti anaknya. Ia selalu membahagiakan A-Xiang, hingga tiba saatnya A-Xiang dipinang oleh seorang pria. Cao Weining. Pria yang sangat baik, lembut, dan polos. Niang ingat ayahmu sangat khawatir, ia memperlakukan calon suami A-Xiang sama seperti ia memperlakukan Fang Duobing. Setelah banyak keraguan dan pertimbangan, akhirnya ia setuju untuk merelakan A-Xiang dipinangnya"

Zhou ZiShu menghela nafas panjang.

"Hari pernikahannya sangat mewah, bahagia, dan penuh dengan tawa dan keceriaan, tapi-"

Air mata hampir mengalir dari mata indah Zhou ZiShu.

"A-Xiang harus meregang nyawa di depan mata ayahmu. Ia dibunuh oleh guru dari calon suaminya sendiri. Cao Weining mati terlebih dahulu, gurunya lebih memilih mematahkan lehernya daripada membiarkannya menikah dengan A-Xiang"

Li Lianhua membelalak kaget. Ia menutup mulutnya dengan tangannya. Ia tidak bisa membayangkan bertapa sakit hatinya ayahnya saat itu.

"Ia bertingkah begitu karena ia takut kau menghilang di depan matanya tanpa bisa ia melakukan apapun. Ia khawatir akan keselamatanmu. Ia takut kau akan berakhir seperti Gu Xiang."

"Niang memperingatkannya untuk jangan memaksamu, tapi dia berkata jika ia tidak melakukannya dengan cepat, ia akan kehilanganmu seperti kehilangan A-Xiang"

Zhou ZiShu menangkup kedua pipi Li Lianhua.

"Niang mohon maafkanlah perlakuan ayahmu yang terlalu memaksa dan galak terhadap Fang Duobing"

"Tolong jangan membencinya. Sudah cukup ia membenci dirinya sendiri"

Tangis Zhou Zishu pecah juga akhirnya. Bahunya bergetar hebat. Tanpa ia sadari, air mata mengalir dari mata Li Lianhua.

"Niang jangan menangis" Zhou ZiShu menyeka air mata Li Lianhua. Ia memeluk erat Zhou Zishu hingga ia bisa mengendalikan dirinya.

"Aku harus menemuinya" ia berlari keluar dengan terburu-buru.

Li Lianhua mencari keseluruh rumah, di setiap kamar, setiap ruangan, setiap pojok rumah. Hingga ia tiba dikebun belakang dan melihat Wen Kexing tengah menggunting bonsai di salah satu pot.

Li Lianhua ingin mendatanginya, namun kakinya menjadi berat, terhalang oleh beban rasa bersalah.

"Biarkan dulu, Nak. Biarkan dia sendirian terlebih dahulu"

Zhou ZiShu mendatangi Li Lianhua. Ia lalu membelai pipi Li Lianhua

"Ayo biar Niang periksa tubuhmu"

Li Lianhua mengangguk dan pergi bersama Zhou ZiShu.
.
.
.
.

Wen Kexing masih tetap berdiri ditempat yang sama selama berjam-jam dan pohon bonsai di depannya sudah hampir botak sepenuhnya karena aksinya.

Li Lianhua berjalan perlahan dan berdiri tepat dibelakang Wen Kexing

"D- Die..." Panggilnya.

"...." Namun Wen Kexing tak bergeming. Ia tetap menggunting daun bonsai itu. Seolah ia berada di dalam dunianya sendiri.

CRIMSON LOTUS WANDERERS Where stories live. Discover now