BAB 6. SELALU SAJA

176 43 12
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Tia tampak cantik dengan drees hitam di bawah lutut dan tas hitam mungil yang ia pegang. Rambut lurusnya tergerai rapi ke belakang. Tiasya melenggang meninggalkan cermin menuju pintu kamar. Tujuannya setelah ini adalah kamar adiknya.

Tiasya mengetuk pintu beberapa kali, hingga sebuah sahutan ia dengar. Tiasya menekan ke bawah knop pintu dan masuk ke dalamnya. Tampak Ziendra tengah sibuk memasang dasi di depan cermin. Pemuda itu sudah rapi mengenakan setelan jas abu-abu dan rambut yang tertata keren.

"Wiih adek gue ganteng banget nih. Mau sekalian nyari gandengan?" goda Tiasya berdiri di samping Ziendra.

"Jangan rese deh, Kak. Orang lagi sibuk juga," komentar Ziendra cemberut masih membenarkan dasinya.

"Itu dasinya kenapa dipuntel gitu? Kek mau bundir jadinya," ucap Tiasya tertawa puas.

"Isshh!" Ziendra melepas berutal dasinya dan menjatuhkan ke bawah. "Nggak usah pakek dasi aja. Ribet," ucapnya berjalan kesal menuju ranjang dan merebahkan diri.

Tiasya berdecak, ia menarik tangan adiknya hingga terduduk di tepi ranjang. Tia membenarkan kerah kemeja Ziendra dan memasangkan dasi itu dengan benar.

"Nanti jangan jauh-jauh dari Kakak, ya. Jangan deket-deket banget sama papah atau sama kerabat kita. Ntar dijulid-in lagi," celoteh Tiasya.

"Nggak ah. Yang ada gue jadi obat nyamuk ntar. Kan lo sama cowok itu," sahut Ziendra merengut.

"Yehh kenapa emang? Mas Jofan itu baik, sopan, dewasa. Jadi nggak mungkin dia nempel banget sama gue sampe bikin lo jadi obat nyamuk, Dek."

"Kak, kalau disuruh milih, lo pilih gue atau dia?" tanya Ziendra menatap kakak perempuannya serius.

Tiasya menghentikan kegiatannya merapikan jas Ziendra. Ia balik menatap adiknya dengan lamat pula.

"Lo kok tanya gitu?"

"Udah lupain," sahut Ziendra langsung beranjak dari duduknya menuju cermin. "Anggap aja gue lagi ngaco," lanjutnya lagi.

"Jelas Kakak pilih kamu. Mas Jofan walau juga berarti buat Kakak, tapi kamu kan adek Kakak. Mana mungkin malah milih orang lain," ujar Tiasya.

Ziendra diam-diam mengukir senyum tipis, lalu berjalan menuju pintu kamarnya. "Gue duluan, Kak. Tutup pintunya jangan lupa," ujarnya seraya keluar dari kamar.

"Zien!" bentak Tiasya kesal. "Enak banget ninggalin gue. Udah gue samperin juga. Dasar adek lucnut," gerutu Tiasya keluar dari kamar adiknya itu.

***

Pesta perusahaan Rama benar-benar terkesan mewah. Banyak rekan kerjanya dari berbagai jenis perusahaan berkumpul di sana. Para kerabat dekat dari pihak Halika maupun Rama juga berdatangan memeriahkan acara.

ALL ABOUT ZIENDRAWhere stories live. Discover now