" Hazel,we need to talk* ucap Ivar.
" Ngapain sih disini? Sana pergi, Hazel ga mau ketemu kamu" ucap Keisya mencegah Ivar masuk ke kamar.
" Kei, I need to talk with Hazel" Ivar memohon.
" I said no, dia ga mau ketemu kamu" ucap Keisya.
Ivar terus memohon pada Keisya untuk memperbolehkan ia masuk dan menemuiku. Tapi Keisya kekeh. Dia tetap tidak memperbolehkan Ivar masuk.
" Fine. Hazel call kalau kamu udah mau bicara" ucap Ivar sebelum pergi.
" Ga ada call call an" ucap Keisya seraya menutup pintu.
Keisya berjalan menghampiriku.
" Sumpah ya Ivar ngeselin banget. Dia yang salah tapi dia yang maksa ngobrol" protesnya.
" Udahlah biarin aja. Gue udah males" ucapku.
" Balikan aja sana sama Justin" ucap Keisya.
Aku menggeleng.
" Ga bisa"
Keisya mengerutkan keningnya, " why?"
" I can't tell you.... Now"
Keisya semakin mengerutkan keningnya.
" Justin dijodohin?"
Aku menggeleng.
" Terus?"
" Ya aku belum bisa cerita sekarang Kei"
Keisya mengehela nafas. Dia memelukku dan mengelus punggungku.
" Semangat ya Zel. Gue tau Lo udah mulai ada rasa sama Ivar, tapi endingnya dia lebih care ke Bitch itu"
Keisya melepas pelukan. Menangkup pipiku dengan tangannya.
" But remember, you still have me"tambahnya.
Aku mengangguk dan memeluknya. Keisya memang orang yang selalu ada di saat suka dan dukaku. Ya, walaupun kadang dia ngeselin, but I still love her.
°°°
" HAZEL!! CEPET KELUAR!!" teriak Keisya seraya mengedor pintu kamar mandi.
Aku yang baru saja memakai sabun, terlunjak sedikit mendengar gedoran keras Keisya.
" APAAN?!!!" balasku.
" Cepet mandinya, urgent ini!!"
Aku buru-buru menyelesaikan mandiku dan keluar. Tampak Rafa yang sudah berada di kamar ini bersama Keisya. Mereka terlihat panik.
" What's wrong guys?" ucapku bingung.
Rafael dan Keisya saling melihat. Keisya memberi kode pada Rafael untuk dia mengatakan sesuatu.
" Ivar dan Justin berantem" ucap Rafael.
HAH?...
" Berantem? Kenapa?"
" Justin kesal karena Ivar udah nyakitin lo. Dia mukul Ivar duluan" ucap Keisya.
" Terus mereka sekarang gimana kondisinya?"
" Ga ada yang luka parah. Aku dan yang lain berhasil melerai" ucap Rafael.
" Lo harus ngomong sama Justin" ucap Keisya.
Aku mengangguk. Aku berjalan keluar kamar dan menuju kamar Justin. Ku tekan bel, tak lama keluar Nathan. Nathan menjadi roomate Justin di Qatar.
" Come in, dia lagi tidur" ucap Nathan.
Aku masuk. Benar saja Justin sedang tidur. Aku duduk di sisi kasur.
" Is he okay?"
" Yes, he's okay. He just lost control earlier." ucap Nathan.
Aku menggenggam tangan Justin yang berada di sisi tubuhnya. Ku elus tangan itu. Perlahan matanya terbuka.
" Hazel?" Justin merubah posisinya menjadi duduk.
" Hi..." Ucapku seraya tersenyum.
Diam. Hanya mata kami yang bicara.
" Sorry I lost control" ucapnya.
Aku tersenyum dan menggeleng pelan.
" It's ok, thank you udah ngasih dia pelajaran hahahahaha" balasku.
" Hahahaa..no problem. Sudah lihat Ivar?"
Aku menggeleng, " belum"
" I know you still love him. Go, see him" ucap Justin.
Aku menggeleng.
" Why?" Jemari Justin mengelus pipiku.
" In scared...."
" Beatrice?"
Aku mengangguk.
" Jangan takut. Kamu lebih kuat dari Beatrice. And you have me... Aku ga akan pernah ninggalin kamu"
" Justin..." Aku memeluknya.
Waktu dan takdir jahat banget ya. Kenapa semesta misahin aku dan Justin. I mean, look how lovely him. Lihat gimana dia peduli sama aku. Lihat, dia yang selalu ada buat aku. Tapi kenapa semesta misahin kita?.....
" Kenapa kamu baik banget sama aku?" tanyaku.
Justin tersenyum seraya mengelus kepalaku , "because you are a special person in my life"
" I know kita udah putus, but you still a special person in my life" tambahnya.
Aku semakin mengeratkan pelukan. Aku menangis sejadi-jadinya. Justin mengelua kepalaku dengan lembut.
" I hope you find girl you love you more than I love you" ucapku.
" I will, but not now" ucapnya seraya mengecup puncak kepalaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/365345290-288-k501385.jpg)