BAB 14 || MEET IVAR

2K 147 5
                                    

Seminggu telah berlalu, aku mulai sibuk dengan aktivitas kuliahku. Beberapa kali aku dan Ivar mengirim pesan. Tapi dua hari terakhir, aku tidak tahu kabarnya. Hingga, Rafael mengirim pesan padaku dan mengatakan bahwa Ivar masih belum sehat, ditambah lagi dia cedera ringan.

" Hazel, kamu harus ke sini" ucap Rafael dari telepon.

" Aku belum ada libur...aku juga ga bisa ninggalin kuliah aku disini" balasku.

" Kamu tidak kelas di hari apa saja?"

" Ehm... Jumat sampai Minggu"

" Kamu bisa berangkat hari kamis malam"

" Tapi aku belum punya uang yang cukup untuk ke Belanda lagi"

Namanya juga mahasiswa, keuangan menipis.

" Aku beliin, tapi jangan bilang Ivar kalau kamu ke Belanda"

" Why?"

" Karena dia ga mau kamu tahu kalau dia masih sakit"

SOK RAHASIA RAHASIAAN NIH....

" Ok" putusku.

Ya, akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Selain karena permintaan Rafael, aku juga sedikit khawatir. Sedikit kok. Ga banyak.

" Ok, aku beli tiketnya sekarang. Nanti aku kirim ke kamu " ucap Rafael.

" Ok, Raf. Thanks"

" No problem, bye" ucapnya mengakhiri panggilan.

°°°

" Perasaan Rafa pacar gue, tapi Napa dia beliin Lo tiket sih" ucap Keisya pura-pura kesal.

" Ya dia yang mau, tanyalah sama pacar kesayangan Lo itu"

" Minimal beliin gue tiket juga, ga tau apa gue dah kangen tuh anak" ucap Keisya.

" Tuh video call masih nyalakan? Ngomong aja langsung" ucapku menunjuk ponsel Keisya.

Sejak tadi Keisya dan Rafael memang sedang melakukan panggilan video. Padahal mereka tidak mengobrol. Keisya sibuk mengantarku dan Rafael sibuk dengan PS nya.

" Lagi main dia " ucap Keisya menunjukkan layar ponselnya.

" Fokus amat bang" ucapku.

Tidak ada jawaban. Rafael fokus bermain PS nya.

" Dah sana, ntar telat flight"

" Oh ngusir ceritanya" godaku.

" Ga gitu... Tau ah males"

" Hahahahaha... Iya iya. Ok, bye seng... "

Keisha mengangguk dan memelukku.

" Titip salam buat Ivar"

Aku mengangguk. Lalu melambaikan tangan pada Keisya seraya berjalan pergi.

°°°

Aku tiba di Utrecht saat hari masih terang. Sekitar pukul sepuluh pagi. Dengan menaiki kendaraan umum, aku sampai di rumah Ivar. Mamanya tampak sedang bercocok tanam di taman rumah, ditemani kedua anak perempuannya.

" Goedemorgen ( selamat pagi) " sapaku.

Ketiga perempuan itu menoleh. Kedua adik Ivar tersenyum dan berlari ke arahku. Aku memeluk mereka berdua.

JENNER'S GIRLWhere stories live. Discover now