BAB 18 || MAU ATAU GA?

1.9K 149 26
                                    

Sejak kembali ke hotel, Ivar terus menunduk. Dia menjadi Ivar yang pendiam. Saat teman-temannya menyemangati, dia hanya membalas dengan senyuman lalu kembali menunduk.

Aku melingkarkan lenganku ke lengan Ivar. Membuat jarak kami semakin dekat. Ivar merespon dengan menepuk lenganku dengan tangan kirinya yang bebas. Dia tersenyum kecil.

Aku mengantar Ivar sampai di depan kamarnya bersama dengan Keisya Yanga mengantar Rafael. Rafael sudah mulai membaik, dia sudah mulai tersenyum dan sedikit ceria. Berbeda dengan Ivar yang masih saja sedih.

" Goodnight Kei" ucap Rafael memeluk Keisya.

" Goodnight Rafa" balas Keisya.

Rafael melepas pelukan mereka dan berjalan menghampiri aku dan Ivar. Rafael memeluk Ivar. Ivar langsung balas memeluk dan membenamkan wajahnya di bahu Rafael, tangan kanannya masih memegang tanganku. Ia menangis lagi di bahu Rafael.

" Je hebt geen ongelijk, Ivar ( kamu tidak salah, Ivar) " ucap Rafael menenangkan Ivar.

" Semoga saja protes PSSI di dengar" tambah Keisya.

Cukup lama mereka berpelukan, hingga tangis Ivar reda. Mereka pamit untuk masuk ke kamar. Aku dan Keisya pun pergi ke kamar kami yang ada di lantai dua puluh.

" Zel, Lo ajak Ivar keluar aja besok" ucap Keisya.

Aku mengangguk. Ide bagus. Semoga Ivar terhibur.

" Besok gue juga bakal ngajak Rafael jalan-jalan. Semoga mereka berdua bisa kembali happy, apalagi tiga hari lagi mereka tanding lawan Australia" ucap Keisya.

" Iya, semoga"

" Oh iya, mantan lo kapan datengnya?"

" Justin? Tanggal tujuh belas dia masih tanding di Jepang, paling habis itu dia otw Qatar"

" Tau banget ya, hahahahahhaa"

" Ya gimana ga tau, gue masih langganan dia. Worth it tau"

" Pengen sih langganan Justin, tapi gue dah langganan Rafael sama Nathan"

" Tapi sesering itukah mereka update?"

Keisya menggeleng, " update sih update, tapi lebih banyak update-annya Hubner"

" Ya makanya langganan Hubner aja"

" Nanti deh. Oh iya Lo dah langganan Ivar?"

Aku menggeleng, " belum"

Keisya terkejut, " demi? Lo ga langganan Ivar? Berarti Lo langganan Hubner doang?"

Aku mengangguk.

" Lo belum move on atau gimana sih? Bisa bisanya ga langganan Ivar"

" Ya udah move on lah... Gue sekarang anggep dia kayak kakak aja. Ya gue belum langganan Ivar karena gue lebih sering di kasih pap sama dia di chat, hahahahahhaah"

" Pantes aja ga langganan, orang dapet pap exclusive di chat" sindir Keisya.

°°°°

Keesokan harinya, aku menekan bel kamar Ivar. Ivar keluar dengan baju tidurnya. Sepertinya dia baru saja bangun.

" Hazel?"

" Goedemorgen ( selamat pagi)" sapaku dengan senyuman.

Ivar balas tersenyum , " Goedeemorgen"

" Temenin aku jalan-jalan yuk" ajakku.

" Kemana? Keisya?"

" Ya kemana gitu, belanja atau makan. Keisya mau keluar sama Rafael, dia tega ninggalin aku sendirian di hotel" ucapku yang dibalas tawa Ivar.

" Ok, I'll be ready in thirty minutes" ucapnya.

" Ok, Ik zal ook klaar zijn ( ok, aku juga akan bersiap)" balasku.

Aku melambaikan tangan dan pergi ke kamarku untuk bersiap. Kupilih pakaian terbaik dan ternyaman untuk jalan - jalan hari ini. Kuputuskan memakai crop top putih dan rok pink bunga-bunga.

Tingtong...

Suara bel kamarku membuatku buru-buru mengambil tasku dan membuka pintu. Ivar ada di depan pintu dengan pakaian serba hitam dan kacamata.

" Ready?"

Ivar mengangguk dan tersenyum. Aku mengaitkan lenganku ke lengannya dan berjalan dengan semangat.

°°°

Aku membawa Ivar ke sebuah restoran dengan pemandangan yang indah. Ivar duduk di depanku. Walau kami bersama, tapi Ivar sering melihat ke luar kaca. Tubuhnya ada bersamaku, tapi pikirannya ada di tempat lain.

" Sorry

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" Sorry..." ucap Ivar padaku.

" Eh kenapa minta maaf?"

" Sorry pikiranku lagi ga bareng aku" ucapnya yang sadar sejak tadi sudah mendiamiku.

Aku menggeleng, " it's ok. Aku paham"

Ivar hanya membalas dengan senyum. Dia lalu mengulurkan tangannya.

" Give me your hand"

Aku memberikan tanganku. Ivar menggenggam dan mengelus tanganku dengan ibu jarinya.

" Thank you Hazel buat supportmu. Thanks udah ada buat aku"

Aku membalas elusan ibu jarinya, " sama sama"

" Will you be my girlfriend?" tembaknya secara tiba-tiba.

" Heh? Hah?"

WOY!!!
SEKARANG BANGET NIH NEMBAKNYA?
MASA TANGGAL JADIANNYA SEHARI SETELAH KEJADIAN GA ENAK...
MANA NEMBAKNYA JUGA DI SUASANA IVAR LAGI SEDIH...

" So?"

" Sekarang banget?"

" Lah? Emang mau kapan? Masa tanggal jadian request"

" Ya masa nembaknya pas suasana kamu masih emosi sama Qatar"

" Kok jadi bawa bawa Qatar? Ini masalah hati"

" Ya habisnya waktunya kek gini banget"

" Ya udah, mau atau ga?"

" Ya maulah"

" Ya udah kenapa ga jawab daritadi. Ini mau jadian pake acara debat dulu "


JENNER'S GIRLWhere stories live. Discover now