ㅤ Outro: Nécrologie

12 8 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𑁍ࠬܓDituliskan penuh sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𑁍ࠬܓ
Dituliskan penuh sayang.

ℑni adalah suratku yang ke-14. Halo, Vivienne, kamu pasti bosan menerima surat dariku. Pengantar surat juga pasti memaki-maki aku dalam diam karena sudah sering sekali menambah pekerjaannya, padahal kita hanya berjarak sepersekian kilometer. Aku bisa saja minta Bibi Abella menelfon rumahmu, aku juga bisa sekedar memencet kontakmu di ponsel. Tapi, Vivienne, ini sudah Minggu ke sekian, kamu betah ya, tidak menggunakan ponsel selama itu?

ㅤ Kemarin, ketika aku sedang melakukan pekerjaanku seperti biasa. Aku bertemu dengan seorang anak kecil yang lugu. Ia memintaku untuk menuliskan sebuah puisi tentang dirinya dan keluarganya. Puisi itu akan ia berikan di hari ulang tahun pernikahan Papa dan Mamannya. Aku jadi iri, teringat akan rumahku.

ㅤ Ia berkata, orang tuanya akhir-akhir ini sering sekali 'berteriak' pada satu sama lain. Lalu, sesi membuat puisi kala itu akhirnya dihabiskan dengan aku yang mendengarkan isi hati si anak. Bajunya lusuh, bahkan warnanya sudah sangat memudar dengan kerah yang kendor. Orang tuanya bukanlah orang tua yang sempurna, menurutku. Tapi mereka berhasil mendidik seorang anak, ia tumbuh dengan penuh pengertian dan tak punya dendam.

ㅤ Maka, dengan sepenuh hati kutorehkan tintaku ke atas kertas. Saat itu, terlintas di kepalaku sebuah pertanyaan. Apa orang tuaku pernah melakukan itu padaku? Tidak, tidak pernah. Apa aku harus mengemis dan bekerja banting tulang demi sesuap nasi untuk setiap harinya? Juga tidak pernah. Orang tuaku baik-baik saja, aku juga hidup berkecukupan sampai bisa tinggal di Prancis dalam waktu yang lama.

ㅤ Jadi, kenapa aku tak mau pulang? Aku marah pada siapa?

ㅤ Saat tengah asyik menuliskan surat, ponselku tiba-tiba berbisik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ Saat tengah asyik menuliskan surat, ponselku tiba-tiba berbisik. Ada notifikasi dari Sahi. Ah, nanti saja kubaca. Kalau kualihkan atensiku sekarang, rasa di dalam surat ini akan berbeda. Maka kulanjutkan kegiatanku.

ㅤ Tak lama setelahnya, sebuah notifikasi kembali muncul. Kali ini dari Madeleine. Notifikasinya membanjiri layar ponselku. "Laut. Laut, balas pesanku. Hey. Kau ini kemana? Kau gadaikan ponselmu, ya? Sialan, baca pesanku sekarang juga!" Seperti itu bunyinya. Aku bingung, pesan Sahi dan Madeleine saling bersahut-sahutan.

ㅤ "Opo seh!?" Maka kuambil ponsel itu, akhirnya kuputuskan untuk membaca pesannya. Di saat yang sama, kudengar telfon rumah bibi Abella berdering. Aku juga dengar langkah kaki Estrella yang terburu-buru sebab disuruh sang Ibu untuk menjawab panggilan.

ㅤ Rasanya berisik sekali. Sebenarnya ada apa?

ㅤ Maka segera kubuka pesan Sahi sambil melangkahkan kaki menuruni tangga. Kudapati Estrella berdiri membeku di tempat.

ㅤ Sahi ᴼⁿˡⁱⁿᵉ

ㅤ Laut!
ㅤ Laut....
     𝟯.𝟬𝟱 𝗔𝗠

    Hey
    Kau sudah dapat kabar?
    𝟯.𝟬𝟲 𝗔𝗠

    Laut
    𝟯.𝟬𝟴 𝗔𝗠

    Vivienne sudah tiada.
    𝟯.𝟭𝟬 𝗔𝗠

𝘙𝘦𝘢𝘥

𝘙𝘦𝘢𝘥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
( PROLOG ) i never was ready, so i watch you go ✔Where stories live. Discover now