ㅤ Interlude: La Porte de L'eternité

9 7 0
                                    

𑁍ࠬܓDituliskan penuh sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𑁍ࠬܓ
Dituliskan penuh sayang.


𝘊𝘦𝘬𝘳𝘦𝘬!

Satu film lainnya telah kugunakan untuk memotret. Objek fotoku kali ini adalah rangkaian bunga matahari di dalam vas bewarna hijau cerah. Vivienne yang merangkainya. Toko bunga ini kelihatan lebih senggang ketimbang saat musim semi kemarin. Tak banyak jenis yang mekar saat musim gugur, mendapatkan banyak pelanggan juga jadi sebuah tantangan buat Vivienne.

"Kenapa memotret bunga itu?" Sang pemilik toko bertanya. Aku kembali menyimpan kamera dan melempar senyum padanya. "Untuk diabadikan. Bukankah mereka indah?" Vivienne kelihatan setuju denganku, ia mengangguk-angguk.

"Bunga-bungaku lebih cantik dilihat secara langsung ketimbang dari hasil foto-fotomu, Monsieur."

Tak mau kalah, aku kemudian menjawab, "Ya, mereka terlihat indah jika dilihat secara langsung. Tapi, Vivienne, suatu saat mereka akan layu. Bunga-bunga saya tak akan begitu. Keindahan mereka abadi."

Bagus, Laut. Sekarang kamu makin mirip Van Gogh.

"Oh? Baiklah, Tuan Melankolis." Lagi-lagi Vivienne menggodaku dengan panggilan itu. "Aku juga ingin diabadikan. Apa Tuan bisa buat saya tampak awet muda?"

Duh, awet muda apanya? Ia kelihatan seperti manusia yang baru lahir kemarin. "Saya bahkan bisa buat kamu terlihat lebih muda dari yang sekarang."

Vivienne tergelak, ia memamerkan senyum manisnya sebelum beralih membelakangiku, kembali memisahkan daun dan tangkai bunga. Mungkin pikirnya aku tak sungguh-sungguh dengan apa yang barusan kuucapkan. Kalau begitu, beberapa jepretan tentu bukan masalah, 'kan? Toh, tadi ia yang minta.

Satu, dua, 𝘤𝘦𝘬𝘳𝘦𝘬!

"𝘒𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘯𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘢𝘳𝘺𝘢-𝘬𝘢𝘳𝘺𝘢𝘯𝘺𝘢." Entah kenapa, perkataan seorang fotografer yang kutemui waktu itu kembali berenang-renang di kepala.

" Entah kenapa, perkataan seorang fotografer yang kutemui waktu itu kembali berenang-renang di kepala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
( PROLOG ) i never was ready, so i watch you go ✔Where stories live. Discover now