Sebelum jam makan siang, Jian memutuskan untuk pergi ke sebuah supermarket dan berbelanja kebutuhan rumahan. Keranjangnya sudah dipenuhi beberapa bungkus ramen untuk stok dirinya sendiri, 5 pasang dada ayam untuk Alan, 2 pack daging, sayur-sayuran, jamur, roti, 3 kotak jus, dan tak lupa 2 bungkus rokok.

Saat Jian mengantri di meja kasir, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang. Jian menoleh dan terkejut melihat Gemma sudah berada di dekatnya, menatapnya penuh dengan tanda tanya.

"Kenapa kau di sini?" Tanya Gemma tanpa basa-basi.

"Berbelanja" jawab Jian spontan lalu mengambil semua belanjaan yang sudah ia bayar dalam sebuah kantung kertas.

"Maksudku, kenapa harus berbelanja di tempat yang jauh dari rumahmu?" Tanya Gemma sambil menarik Jian ke dekat pintu keluar.

Benar, sangat jauh.

"Karena di sini lebih lengkap" Jian mengedikkan bahunya "Kau juga kenapa di sini?" Jian balik bertanya.

"Menemani Ben" Gemma menunjuk Ben yang sedang berada di kasir yang lain.

Jian mengangguk lalu terdiam.

Mereka dekat.

"Jangan pulang dulu, kita harus makan siang bersama" kata Gemma.

"Tidak usah, aku—"

"Ben, kita bersama Jian" Gemma buru-buru memutus bertepatan dengan datangnya Ben.

"Tentu" ujarnya sembari membawa tentengan belanjaan miliknya.

Mereka akhirnya memasuki sebuah restoran yang masih dalam satu gedung yang sama dengan supermarket. Gemma dan Ben duduk bersebelahan sementara Jian duduk di seberang Gemma.

"Untuk apa kau beli banyak dada ayam? Kau seperti Alan" Jian merasa seperti mendapatkan sebuah sindiran usai Gemma melirik paperbag berisi belanjaanya, meskipun tahu sahabatnya hanya bergurau.

Ben melirik sekilas ke arah Jian lalu tertawa tanpa suara.

"Aku membeli apa saja untuk stok di rumah" Jian berusaha untuk terlihat biasa.

"Kau kan hanya stok ramen" Gemma tertawa.

"Kalian pesan apa?" Ben memutus. Bagi Jian itu sebagai bentuk bantuan agar Gemma tak bertanya lebih jauh.

"Pilihkan untukku" Jian meminta Gemma. Sahabatnya lalu menarik buku menu dari tangan Ben lalu mulai meneliti tiap baris menu yang tertera.

Tak lama Gemma memesankan pesanannya pada seorang pelayan sebelum akhirnya kembali berbincang dengan Jian dan Ben membahas tentang apapun yang ada di dalam kepalanya.

"Apa Alan tahu jika kalian pergi bersama?" Tanya Jian penasaran. Ada rasa penyesalan kenapa ia harus membawa nama itu ke dalam obrolannya.

Gemma mengehela nafasnya "Entah. Lagi pula dia tidak akan peduli karena Alan hanya peduli dengan dirinya sendiri"

Jian tanpa sadar mengangguk, membenarkan.

"Tapi aku senang dia cukup santai akhir-akhir ini. Kau tahu—sebelumnya dia selalu terlihat frustasi" sambar Ben sambil menggeser beberapa piring berisi pesanan yang akhirnya tiba.

Middle Name | JAEWOO [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora