0,3

123 8 0
                                    

Happy reading...

Shaka menjatuhkan tubuhnya pikiran berkelana pada kejadian tadi. Sepertinya rencana untuk bersekolah tanpa kesibukan, gagal total. Ia malah terseret menuju hari-hari yang rumit. Ia menghela nafas lelah, menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya.

'Apa gue terima aja, ya?'

'Kalo iya.... gue takut kejadian dulu keulang lagi.'

'Kira-kira gue kasih tau Bang Aksa sama A' Daka nggak ya?'

Batinnya saling bersautan lantaran bimbang. Ia mencoba mengabaikannya dengan memejamkan matanya. Menanti hari berikutnya.

"Lo yakin mau masukin mereka?" Tanya Riga pada Milan yang tengah sibuk dengan laptopnya.

Anak itu lantas menatap Riga. "Kenapa? Kemampuan mereka juga bagus."

Riga menghela nafas pelan. "Lo emang tau identitas Kaisar, tapi lo nggak tau Shaka itu siapa. Gue yang sepupuan sama Kaisar aja nggak tau, apalagi elo!"

"Lo nggak bisa nyari tau info dia?" Heran Milan. Pasalnya Riga itu seorang heker, sama seperti Sada dan dirinya, Kemampuannya bahkan lebih unggul dari mereka.

Riga terkekeh pelan. "Nggak bisa dilacak, gue cuma tau riwayat pendidikan dia aja."
"Lo yakin masih mau masukin dia?" Sambung Riga.

"Gue yakin, Ga. Lagi pula gue udah nawarin dia." Balasnya mantap. "Kalaupun dia berkhianat, gue yang bakal tanggung jawab." Batin Milan.

Riga tak menanggapi lebih. "Terserah lo, gue balik dulu. Jangan nginep lo!"

"Iya iya, nggak akan nginep lagi gue." Balasnya sembari terkekeh pelan.

Aksa pagi ini tengah menyiapkan sarapan dibantu oleh Daka. Keduanya tampak fokus dengan urusan masing-masing. Aksa menyadari ada sesuatu yang kurang. Ia pun bertanya pada adik pertamanya.

"Ka, Adek belum bangun?"

Daka menggelengkan kepalanya, "Belum kayaknya, gue juga belum cek kamarnya."

"Ya udah, lo lanjutin, biar gue bangunin Shaka."

Si sulung pun menyerahkan kegiatannya pada Daka. Ia lalu menaiki anak tangga guna membangunkan adik bungsunya. Setelah sampai di depan pintu ia mengetuknya sebanyak tiga kali.

"Dek, Abang masuk..." Merasa tak kunjung ada jawaban, Aksa membuka pintu tersebut.

Aksa mendekati Shaka yang bergulung dengan selimut tebalnya. Mengguncang pelan tubuh adiknya. Shaka hanya meresponnya dengan lenguhan khas orang bangun tidur. "Bangun, Dek. Udah pagi!"

Ada yang tidak beres. Aksa berinisiatif untuk meraba kening Shaka. Hawa panas menjalar di telapak tangannya. "Kok demam lagi sih?" Gumamnya.

"Ayah.."  racau Shaka.

Aksa paham penyebab adiknya demam. Shaka merindukan Ayah mereka. "Dek, makan dulu yuk! Terus minum obat."

"Nggak mau! Shaka nggak mau! Mau Ayah!" Tolak Shaka sembari memeluk erat boneka pinguin pemberian Ayahnya. Air matanya luruh begitu saja.

Aksa lantas mendudukan diri di sebelah Shaka. Diusapnya lembut rambut adiknya. Ia juga menghapus air mata Shaka. Tangan kirinya membuka laci nakes dan mengambil baybay fever di sana. Ia lantas memasangkannya pada dahi si bungsu.

"Bang?!" Panggil Daka dari ambang pintu. Aksa menoleh tanpa beranjak.

Pemuda itu pun memasuki kamar. "Demam?"

GRAHITA Where stories live. Discover now