0,2

171 8 0
                                    

Selamat membaca...

Kaisar uring-uringan sebab tidak menemukan Shaka di salah satu ranjang UKS. padahal baru lima menit ia tinggal ke toilet. Namun Shaka sudah menghilang dari tempatnya. Kaisar sempat bertanya pada petugas yang berjaga. Mereka hanya mengatakan kalau Shaka keluar dan tidak tahu pergi ke mana.

"Aduh! Kemana sih tu anak?" Gerutunya.

Sudah tiga puluh menit ia mencari, tapi belum juga menemukan Shaka. Beruntungnya kelas sedang jam kos, jadilah ia bisa berkeliaran di lorong sekolah.

Langkahnya terhenti saat tanpa sadar ia sudah sampai di tangga menuju rooftop. Ia menghela nafas lelah. Panggilan yang sejak tadi tidak diangkat oleh Shaka. Kakinya perlahan melangkah, menaiki setiap anak tangga. Kaisar merasa Shaka berada di sana.

Tujuh orang murid berhadapan dengan satu siswa dengan tatapan yang berada. Shaka, siswa berkulit pucat itu tampak lebih pucat kali ini. Ia menatap ke arah kedua kakinya. Ternyata ia tidak mengenakan alas kaki. Entah apa yang berada di pikirannya, namun Shaka benar-benar tidak mengingatnya. Kepalanya kembali ia tegakkan, menatap tujuh kakak kelasnya.

"Sorry, gue pikir nggak ada orang." Lirihnya.

Milan tersenyum tipis. "It's nothing, btw lo ngapain ke sini?"

Shaka menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. "Tadi gue cuma jalan-jalan, eh tiba-tiba sampe sini."

"Shak! Ya Allah gue cariin, ternyata di sini!" Seru Kaisar yang tiba di belakang Shaka.

Remaja berkulit putih itu tersentak kaget. Ia menoleh, mendapati Kaisar yang terengah-engah. Anak itu tampak menghela nafas lega.

Kaisar mendekati Shaka. "Maaf, Bang. Ni anak emang suka kelayapan."

"Oh, lo temannya dia?" Tanya Candra.

Milan merasa tidak asing dengan tatapan Shaka. Akan tetapi ia mencoba abai. Membiarkan temannya yang bertanya.

"Iya Bang. Kita pamit dulu, maaf." Ucap Kaisar sembari menarik tangan Shaka.

Candra masih fokus melihat Shaka dan Kaisar yang semakin menghilang. Senyum miring terbit di bibirnya.

"Siapa sih mereka?" Tanya Natha memecah keheningan.

Dengan santainya Candra menjawab. "Calon anggota baru kita."

"Yang bener aja lo Can?!" Danta menaikkan nada suaranya.

"Lo yakin mau rekrut mereka? Gue nggak masalah sama yang pake jaket, tapi lo mau rekrut Kaisar? Yakin lo?" Cerca Sada yang meremehkan.

Candra menghela nafas pelan. "Gue tau, ini beresiko. Tapi mereka berdua bakalan jadi perpaduan yang bagus buat Grahita nantinya."

Milan diam menyimak. Tak ada niatan untuk membalas.

Mahesa menepuk pundak Candra pelan. "Tolong pikirin lagi, Can. Kaisar bukan orang sembarangan. Dengan ngerekrut dia, itu bisa jadi bomerang buat kita." Pesannya.

Riga ikut angkat bicara. "Can, Kaisar itu sepupu gue. Dan gue yakin lo tau itu." Riga menjeda ucapannya.

"Kakaknya nggak mungkin biarin di masuk Grahita dengan mudah." Sambungnya kemudian berlalu terlebih dahulu.

Sang ketua yang menyimak bergumam pelan. "Pantes nggak asing."

Milan yang bersender di tembok, menegakkan tubuhnya. "Gue juga ke kelas dulu." Ia menepuk bahu Candra dan berbisik di samping telinganya.

GRAHITA Where stories live. Discover now