53. IGNITES >>Death Game 2<<

Mulai dari awal
                                    

Hanya ada lampu yang membuat matanya silau. Sekelilingnya berisi jerami dan kayu yang sepertinya dia tahu untuk apa.

Bara masuk ke dalam gubuk itu dan berjongkok, melihat keadaan Wilona yang sudah mulai lemas.

"Gimana rasanya, cantik?" Ejek Bara. Dia menekan luka di betis Wilona, membuat gadis itu meringis.

"Tenang aja. Malam ini lo bisa milih siapa yang gantiin lo buat berada di sini," Bara menyemburkan asap rokok di depan wajah Wilona, membuat gadis itu terbatuk.

"Kevin benar-benar udah siap dengan dendamnya ke lo. Gue udah ajarin dia cara narik pelatuk pistol buat nembak lo," pemuda itu menarik napas. "Kecuali kalo ada yang gantiin lo di sini. Itu beda cerita."

Wilona menatap jijik pemuda yang kini tersenyum mengejek padanya.

"Nggak akan ada yang mati," dia meralatnya. "Oh, ada. Lo orangnya."

Bara tertawa. Dia sangat suka dengan sikap Wilona yang tak kenal takut itu.

"Kayisa... Kayisa...," Bara hendak memegang pipi gadis itu, tapi langsung ditepis dengan kasar.

"Lo pikir lo sepintar itu buat jebak gue pake cek itu?" Bara meludah. "Gue kasih lo pilihan yang bagus kalo emang lo mau mati di sini."

"Ditembak, atau dibakar?" Bara menginjak puntung rokoknya. "Kalo Kevin mengarahkan pistol ke kepala lo, kemungkinan nggak akan ada rasa sakit dan lo bisa langsung berbaring sama kekasih lo itu, Candra."

Pemuda itu tiba-tiba tertawa senang. "Tapi gue nggak sabar dengar jeritan lo pas gue bakar gubuk ini."

Wilona menahan rasa ingin muntah karena perutnya sudah sangat sakit. Dia tidak bisa buang air kecil, minum, bahkan kini ludahnya terasa kering sekarang.

"Gue juga—nggak sabar liat lo tersiksa di depan mata semua orang," Wilona menarik napasnya dalam-dalam.

"Camkan satu hal, bajingan. Lo nggak bakal selamat kalo udah berhadapan dengan abang gue."

Bara berdecih sinis, hendak mencekik Wilona karena gadis itu terus meremehkannya.

"Bang," panggil Putra yang tiba-tiba masuk. "Ada Bang Jerome."

Bara mendengus kesal. Dia kembali menatap tajam gadis itu. "Gue bakal bikin lo kehilangan semua orang yang lo sayang. Termasuk Jaglion dan abang lo itu," ancamnya sebelum keluar dari gubuk itu.

Wilona memejamkan matanya, merasakan rasa sakit dan perih dimana-mana.

Sekarang dia mengerti mengapa orang tuanya melarang dia untuk keluar rumah.

Dia pikir dia putri yang tidak berharga. Namun ternyata dia adalah mangsa utama para penjilat itu dan menjadi ancaman keluarganya.

"Mama......," Wilona merintih pelan. Dia mengusap air matanya sebelum jatuh. "Nggak boleh nangis sebelum ketemu Kak Wildan. Gue bakal tunjukin gue kuat."

Gadis itu kembali meringis. Dia sangat butuh air sekarang.

🏮🏮🏮

Jerome dan Bara mengerutkan kening saat melihat Kevin yang memakai sepatu boot. Mereka heran dengan juniornya yang satu itu. Dia tampak begitu semangat menyambut malam ini.

"Lo mau bajak sawah?" Tanya Jerome keheranan.

Kevin justru tersenyum. "Gue bakal gali sendiri liang kubur buat calon penghuninya," jawab pemuda itu. "Gue penasaran, siapa orang yang beruntung mendapatkan hadiah liang kubur dari gue."

Bara dan Jerome tertawa bangga. Kevin benar-benar diluar prediksi mereka.

"Gue pengin liat cewek yang namanya Kayisa," pinta Jerome. Bara berdecak pelan dan menatap Jerome dengan remeh.

IGNITES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang