"Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat"
"Ke mana?" Kalimat Alan berhasil membuat Jian tertarik.
"Rahasia" Alan menarik segaris senyuman kemudian mulai menjalankan mobilnya.
"Terserah kau saja tapi tolong jangan cari tempat yang buruk jika ingin membuangku"
Alan tertawa. Dia merindukan ocehan Jian.
"Maaf sudah mengusirmu semalam, seharusnya aku bersikap baik dengan housemate-ku kan?" Alan melirik Jian dari kaca mobil.
"Ah, kau sadar juga akhirnya. Kukira kau tidak akan memgucapkan kata keramat itu. But don't call me your housemate, aku disana karena berniat bekerja untukmu" Jian meralat.
"Tapi kau memang tinggal seatap denganku"
"Aku tidak bisa berkontribusi dan memberimu apa-apa selain tenaga jadi aku lebih cocok disebut pekerja. Housemate itu—aku akan sangat merasa menjadi penumpang. Aku tidak ingin menjadi beban orang lain"
"Tidak, aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai penumpang. Kau pikir aku sekejam itu?"
"Ah, aku salah menduga. Kau belum sadar rupanya" Jian bergurau, mengundang tawa renyah Alan.
"Kau yang sekarang benar-benar bukan seperti orang yang kutemui semalam"
"Maksudmu?" Alan melirik Jian sekilas.
"Orang yang membawa pacarnya dan bertemu denganku di lift kemarin. Apa itu dirimu?"
"Aku belum menceritakan tentangmu pada Aster jadi aku menyuruhmu pergi dan harus bersikap seperti itu"
"Kau sudah dua kali berpura-pura tidak mengenaliku, aku sampai berpikir apakah aku begitu memalukan untuk dikenalkan pada orang lain?"
"Jangan bicara sembarangan, aku tidak bermaksud begitu"
"Aku cuma bercanda. Aku juga tidak marah karena aku paham kau memang butuh privasi. Aku tidak bisa membayangkan jika aku tetap disana meskipun kau memiliki banyak ruangan" Jian bergidik, tak ingin bayangan kotor masuk ke dalam pikirannya.
"Tidak ada yang menyuruhmu untuk membayangkan" Alan bicara datar.
Kali ini Jian yang tertawa.
"Sejauh ini apa Gemma tidak mencurigai soal tempat tinggalmu?" Tanya Alan.
"Dia tidak akan pernah tahu soal itu karena dia tidak pernah berkunjung ke rumahku, sudah sejak dulu Gema tidak suka ibuku"
"Pantas kau bisa terus mengunjunginya tanpa beban"
"Benar, aku suka ke rumahnya. Di sana aku bisa makan masakan rumah yang enak" Alan menoleh ke arah Jian sesaat lalu kembali fokus melihat ke depan.
"Kalau hanya masakan rumahan, aku bisa membuatnya. Masalah rasa kau tidak perlu meragukanku"
"Wah hebat sekali, aku terkesan" Jian melebih-lebihkan intonasinya serta wajahnya sengaja dibuat berbinar.
"Aku serius. Kau tak perlu pergi ke rumah Gemma hanya untuk makan enak" ucap seorang pemuda yang setiap hari hanya mengonsumsi salad dan daging tanpa lemak yang di rebus atau di panggang tanpa minyak.
"Aku pasti akan kesana setiap kau menyuruhku pergi" Jian tak bermaksud menyindir tapi cukup membuat Alan meringis lalu berusaha mengalihkan pembicaraan pada topik lain.
"Pilih tiga lagu Keil" pinta Alan.
"Untuk apa?"
"Aku ingin memutarnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
Five
Mulai dari awal
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)