Tidak apa-apa. Setidaknya Alan tidak menahannya pulang.
Dua puluh menit sebelum Orion tutup. Masih ada 2 pengunjung yang tengah menikmati sisa pesanan mereka sambil berbincang. Nath dan Katrina mulai bersiap-siap merapihkan semua stok yang berada di meja peracik sementara Jian mulai merekap pemasukan harian.
Satu pengunjung baru kemudian datang. Seorang pemuda dengan kaus gelap berbalut trucker jacket coklat, dipadukan dengan celana denim biru dan sneaker putih. Pemuda itu berhasil mengundang semua pasang mata memandang kearahnya sementara yang menjadi pusat perhatian pandangannya justru tertuju pada Jian.
"Seperti biasa" Alan berdiri menghadap Jian, memesan segelas minuman kesukaannya.
"4 dolar" Jian bicara tanpa menatap pemuda di seberangnya.
Setelah Alan membayar, ia menunggu Jian yang mulai membuatkan pesanannya. Pemuda itu berdiri mengawasi punggung Jian tak peduli jika beberapa pasang mata masih memperhatikannya diam-diam.
Setelah Alan menerima segelas americano miliknya, ia duduk di dekat pintu masuk sambil membuka ponselnya sementara Jian berusaha tak peduli sambil melanjutkan pekerjaannya.
"Si pemuda itu—kau mengenalnya, kan? Aku seperti pernah melihatnya" Nath berbisik.
"Dia bos temanku" jawab Jian.
"Dia datang untukmu?" Tanya Nath lagi.
"Tentu saja bukan, dia hanya ingin membeli kopi" Jian menjawab datar.
10 menit menjelang Orion tutup. Tinggal satu pengunjung yang berada disana. Dia masih nampak nyaman meskipun gelas americano-nya tak lagi berisisa. Nathan hanya diam tak berkomentar ataupun berniat memberitahu pengunjung ketika menjelang Orion tutup seperti bisanya. Tapi Jian tidak diam saja, saat selesai merapihkan meja etalase, dia menghampiri Alan kemudian memberikan senyum ramah meskipun terkesan agak terpaksa.
"Maaf Tuan, tapi kafe kami akan segera tutup"
Alan mematikan dan mengunci ponselnya lalu mendongak "Aku sedang menunggu seseorang"
"Maaf, tapi bisa tunggu di luar atau tempat lain?" Jian mengusir secara halus—sesuatu yang tak pernah ia lakukan kepada pengunjung lain.
"Tapi seseorang itu bekerja disini jadi aku harus menunggunya juga disini"
Jian memutar kedua bola matanya "Aku bekerja disini, seseorang itu siapa? Dia pasti punya nama, kan?"
"Jian Meir Kinnard"
Jian menghela nafasnya "Ayolah, tunggu di mobilmu saja"
Senyum tipis Alan mengembang, merasa dirinya menang ketika Jian lebih dulu menghentikan sandiwaranya "oke" Alan berdiri, kemudian menatap Jian "puff pastry yang kemarin—"
"Sudah habis" Jian memutus membuat Alan kembali tersenyum sekali lagi sambil melangkah pergi.
Tepat setelah Orion benar-benar tutup. Jian buru-buru menuju ruang ganti. Membuka apron—mengganti baju lalu bergegas pamit pada dua temannya untuk pulang lebih dulu.
Alan menunggu.
Mobil sedan milik Alan terparkir sempurna di depan Orion. Jian langsung masuk dan duduk di bangku penumpang. Wangi oak cedarwood dari parfum mahal milik Alan langsung menyambutnya.
"Kau datang ingin menjemputku atau apa? Aku tidak akan kabur kok, kau tidak perlu khawatir aku lari dari tanggung jawab. Aku akan memberitahumu jika aku berhenti jadi staff ilegalmu" Jian bicara tanpa jeda.
Alan menghela nafas sambil mengusap rambut tebalnya "Padahal aku cuma ingin menemuimu"
"Kalau hanya bertemu kita setiap hari bertemu"
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)