Jian menghentikan langkahnya tepat di depan pintu lalu tersenyum singkat.

"Aku juga mau yang seperti Yuri" Kata Jian, sembari menyodorkan pipi kirinya pada Gemma.

Gemma menjadikan hal itu sebagai kesempatan. Dalam sekali gerak Gemma berjinjit dan mencium pipi Jian secepat kilat. Jian spontan memundurkan langkahnya berusaha untuk menghindar meskipun bibir Gemma terlanjur lebih dulu mendarat di pipinya.

"Sial, aku cuma bercanda" Jian protes sambil mengelap pipi bekas ciuman Gemma.

"Tapi aku belum mencium yang sebelah kanan" Gemma menarik tangan Jian, memaksa agar pemuda itu merendahkan tubuhnya.

"Gemm" Jian melirik Gemma dari sudut matanya.

Gemma masih mau bermain-main, tak berhenti menarik tangan Jian.

"Gemma" Jian kembali memperingatkan, namun Gemma semakin menarik lengan hoodie sahabatnya.

"Ini kan permintaanmu" Gemma berhasil meraih pipi Jian dan menciumnya sekali lagi lebih dalam.

Gemma tersenyum puas seolah-olah usai membalas dendam.

"Gemm, ibumu melihatnya" Jian bicara dengan nada lemah sementara Gemma membeku sembari melebarkan matanya.

Alan berada di apartemennya, berdiri di balkon ruang tengah sambil bersandar di pagar pembatas yang hampir setinggi dadanya. Saat Jian baru saja tiba dan masuk ke apartemen, pandangan mata mereka tak sengaja bertemu. Terlanjur tertangkap basah, Jian hanya tersenyum ragu lalu memberanikan diri untuk menghampiri si-tuan rumah.

Alan menatap datar Jian, lalu membalikkan tubuhnya kembali menikmati pemandangan dari lantai 25 sambil menyesap sebatang rokoknya. Jian tak ragu berjalan mendekat, masih membawa paperbag berisi beberapa potong puff pastry Orion.

"Orion membuat menu baru, aku membawakan sedikit untukmu" Jian mengangkat sebuah paperbag berukuran kecil itu untuk menunjukkannya kepada Alan.

Sejujurnya itu tidak ada dalam skenario Jian. Pemuda itu hanya berniat memberikannya pada Gemma dan sisanya ia bawa pulang untuk dirinya sendiri sebagai cemilan tengah malam.

Alan diam sejenak seolah-olah menelaah mimik wajah Jian yang terlihat ragu. Jian yang merasa canggung langsung menyambar memberikan kalimat lanjutan "aku juga memberikannya untuk Gemma"

"Oh, jadi kau pulang telat karena itu?" Alan melirik Jian dari sudut matanya sebelum melangkah ke sebuah meja untuk membuang sisa rokok separuhnya di atas asbak lalu kembali ke posisinya semula, bediri menghadap Jian dan menatapnya.

"Jangan bilang kau juga tidak memakan makanan manis" Jian agak khawatir ketika Alan sama sekali terlihat tidak begitu tertarik dengan apa yang ada di tangannya saat ini.

"Aku tidak se-picky eater itu. Berikan itu padaku" Jian bernafas lega ketika Alan akhirnya menarik paperbag Orion dari tangannya dan buru-buru membukanya.

Alan tersenyum tipis ketika melihat potongan pastry yang tersusun di dalam sebuah mika transparan, ia membukanya dan langsung menyantapnya tanpa ragu. Butuh beberapa detik sebelum pemuda berlesung pipi itu mengangguk dengan mata menyipit, membuat Jian semakin sibuk mengawasi.

"Ini enak" Alan bicara sambil memasukkan suapan terakhir di potongan pertama pastrynya "aku bisa menjamin bahwa ini bukan buatanmu" lanjutnya.

Jian spontan tertawa. "Kau menebaknya seolah-olah sudah mengenaliku"

Alan tak menjawab sampai selesai menelan makanan yang ada di mulutnya.
"Penggemar Jaden, penyuka ramen, apa lagi?" Jian agak terkesima, tak menyangka Alan akan bertanya soal ini padanya.

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now