Bagian 9 - Itulah Kenapa Aku Menyukainya

3 1 0
                                    

Bagian 9 Neil memegang tanganku, dan mengajak diriku untuk berlari. Aku melihat dirinya yang senang karena bisa lolos dari hukuman. Kami tiba di kelas, lalu duduk di tempat masing-masing. Tidak lama guru memasuki kelas, dan mengajar. Guru menanyakan beberapa pertanyaan, dan seperti biasanya Neil menjawab pertanyaan itu dengan mudah. Aku memandangi wajahnya dari kejauhan. Aku merasa diriku sudah mengenalnya jauh sebelum kami berkenalan.

Neil menatap jendela, dan melihat langit. Aku tersenyum melihatnya.

Aku merasa berterima kasih kepadanya karena mau berteman dengan diriku, namun aku merasa tidak pantas untuk berteman dengan siapa pun.

Waktu istirahat tiba, Neil mengajakku untuk makan bersama. Aku menolak. Aku butuh waktu sendiri. Neil dan Hugo pergi meninggalkan kelas.

Aku duduk sendirian di kelas. Menatap ke arah jendela selama beberapa menit. Aku mengeluarkan kotak bekal, lalu memakannya dengan perlahan-lahan. Air mataku mulai terlihat satu persatu. Aku mulai menangis.

"Aku benci sekaligus menyukai hidupku. Menyebalkan," batinku.

"Aku benci ketika dunia ini terlihat baik-baik saja, dan aku menyukainya jika ada seseorang di dunia ini yang mau berteman denganku,"

"Menyebalkan,"

"Hiks,"

"Hiks."

Aku memejamkan mata, berusaha menenangkan diriku, perlahan-lahan menghapus air mataku, lalu melanjutkan makan.

Aku menutup kotak bekalku, memasukkan kembali ke dalam tas, dan bergegas meninggalkan kelas. Aku pergi menuju perpustakaan sekolah. Aku mengambil beberapa buku, membacanya, memandang jendela, lalu tidak lama tertidur.

———
Neil dan hugo makan bersama di kantin. Hugo membuat lelucon kepada Neil, namun Neil hanya terdiam mematung melihatnya.

"Dasar manusia kaku!" ejek Hugo.

"Tapi boleh juga kamu tadi menyetujui ajakan untuk kabur. Sangat keren!" sambung Hugo.

"Oiya, omong-omong apakah kamu mau ke karaoke bersama diriku?" ajak Hugo.

"Mau," jawab Neil.

"Oke, siappppppp!" seru Hugo.

Mereka menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, bel berbunyi menandakan waktu dimulainya pelajaran.

Hugo menengok ke meja Kaviya.

"Pstttt, Neil!" ujarnya.

"Iya?" tanya Neil.

"Ini Kaviya kemana ya? Dia menghilang. Apakah dia ingin membolos?" ucap Hugo bingung.

"Mungkin dia sedang ada urusan," ucap Neil.

Guru mengabsen siswa satu persatu, dan menanyakan kemana siswi yang bernama Kaviya Candrima. Sekelas hanya terdiam, tidak mengetahui. Neil hanya terdiam, tidak mengetahui kemana Kaviya pergi. Neil berulang kali melihat ke arah meja Kaviya.

Pada saat waktunya pulang sekolah, Neil melihat meja Kaviya. "Dia masih belum balik. Kemana dia?" gumam Neil.

Neil berpikir sejenak, lalu mengingat terdapat lebam di wajah Kaviya. Hugo mengajak Neil untuk pergi ke karaoke bersama. Neil membujuk Hugo untuk menunggu sebentar.

"Hugo, kamu melihat lebam yang ada pada wajah Kaviya?" tanya Neil khawatir.

"Iya, aku melihatnya. Mengapa?" jawab Hugo bingung.

"Sebentar, tunggu sebentar." ucap Neil.

Neil mengeluarkan sticky notes, lalu menulis sebuah kalimat.

Bersemangatlah, aku harap kamu berbahagia!

Jika kamu butuh bantuan hubungi aku di nomor ini :  081xxxxxxxxx

Neil menempelkan sticky note itu di atas meja Kaviya, dan menaruh sebuah susu kotak disampingnya. Tidak butuh waktu lama, mereka meninggalkan kelas dan pergi menuju tempat karaoke.

"Neil," kata Hugo, "Ayo menyanyikan lagu berjudul Take My Breath Away."

"Lagu apa itu?" tanya Neil.

"Kamu tidak tahu lagu itu? Baiklah jika begitu, bagaimana kalo lagu Nothing's Gonna Change My Love From You?" kata Hugo heran.

"Aku tidak tahu," ujar Neil.

"Jadi, lagu apa yang kamu hafal?" tanya Hugo.

"Lagu kebangsaan," jawabnya polos.

Hugo hanya terdiam kaget. Dia membuka mulutnya selebar-lebarnya, lalu diam mematung.

"Wah, aku tidak menyangka ada manusia seperti dirimu!" seru Hugo.

Hugo memulai menyanyikan lagu satu per satu. Dia bernyanyi dengan sangat gila seperti seseorang yang kehilangan kewarasannya.

"Dia mirip sekali dengan Jae-won!" batin Neil.

Neil kemudian beranjak dari tempat duduk, lalu memulai menyanyikan lagu kebangsaan.

Hugo hanya terdiam, lalu tertidur.

Neil kembali melanjutkan menyanyi lagu kebangsaan.

Pada waktu yang bersamaan, Kaviya terbangun, lalu menuju ke kelas. Dia melihat selembar kertas di atas meja nya lalu membacanya. Dia tersenyum, lalu mulai menangis.

"Terima kasih," batin Kaviya.

Kaviya bergegas pulang dengan mengendarai sepedanya. Dia memutuskan untuk pergi ke taman tepi danau, dan duduk memandangi danau.

The Time We LovedWhere stories live. Discover now