Bagian 7 - Mari Berteman!

2 1 0
                                    

Bagian 7— Neil dan Kaviya saling menatap satu sama lain. Dada Neil mendadak terasa sesak.
Kaviya yang sadar akan hal itu, menghampiri Neil.

"Ada apa? Ada apa? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Kaviya.

"Tunggu aku akan mencari inhaler untukmu," sambungnya.

Neil terdiam kesakitan. Dia beranjak pergi meninggalkan tempat duduk, meninggalkan Kaviya. Dia berjalan menjauh, dan tak lama dirinya sudah berada di area sekitar air mancur. Neil memegang erat bajunya, memukul dengan pelan area di sekitar dadanya.

"Kenapa aku tiba-tiba terasa sesak? Ah, sakit. Sakit." rintih Neil.

Neil duduk sejenak, lalu bergegas pulang.

Sore hari telah tiba, Neil membantu bu Em membersihkan area panti. Anak-anak panti turut serta membantu. Neil menyapu teras panti, bermain bersama anak-anak, lalu menyiram tanaman.

"Mengapa aku merasa sakit ketika berada di dekat siswa perempuan itu? Aneh. Benar-benar aneh," batin Neil.

Neil berpikir sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Malamnya, Neil membuka sebuah buku. Menulis sebuah kalimat tentang dirinya yang selalu merasa sakit ketika berada di dekat gadis itu. Mencatatkan kejadiannya secara lengkap.

Neil kemudian menuliskan sebuah pertanyaan
"Apakah perempuan itu adalah penyebab diriku berada di tahun ini? Apakah dia menjadi solusi agar aku bisa kembali ke tahun 2024?"

Neil menutup mata nya, berpikir tentang yang harus dia lakukan.

"Aku harus mendekatinya agar aku bisa kembali ke tahun 2024," kata Neil, "Ah tidak. Jika aku mendekati nya, aku akan kembali kesakitan."

"Tidak-tidak. Aku harus mendekatinya. Aku harus mendekatinya. Itu satu-satunya cara agar aku bisa kembali." sambungnya.

Keesokan harinya, Neil pergi ke perpustakaan. Dia mengambil beberapa buku, lalu mencari tempat duduk. Neil melihat siswa perempuan itu, lalu menghampiri nya.

"Hai, bolehkah aku duduk disampingmu?" tanya Neil canggung.

"Iya, boleh. Silahkan." jawab Kaviya.

Neil merasa sangat canggung, tetapi rasa keinginan untuk kembali lebih besar. Dia memutuskan untuk mengajaknya berkenalan.

"Oh iya soal kejadian kemarin, aku ingin meminta maaf. Maafkan aku," ujar Neil.

"Eumm. Maaf, bolehkah aku berkenalan denganmu? Tapi kalau kamu tidak mau tidak apa-apa." sambung Neil.

Suasana saat itu menjadi sangat canggung bagi Neil. Kaviya yang sedang membaca bukunya, kemudian berhenti sejenak mengalihkan pandangannya dari buku ke Neil.

"Iya, tidak apa-apa. Tampaknya dirimu saat ini sudah baik-baik saja," ucap Kaviya cuek.

Kaviya membaca buku kembali. Neil meminta maaf jika telah menganggu nya. Neil segera bangun dari tempat duduknya.

"Eum, maaf sepertinya kamu sedang tidak ingin diganggu. Sekali lagi, maafkan aku," ucap Neil.

"Tunggu, sepertinya dirimu telah mengucapkan banyak sekali kata maaf. Oh iya, namaku Kaviya,"   panggil Kaviya.

"Namaku Neil. Senang berkenalan dengamu." ucap Neil tersenyum.

Neil beranjak pergi, lalu beralih mencari tempat duduk.

Neil dan Kaviya membaca buku hingga perpustakaan itu akan tutup. Waktunya bagi mereka untuk pulang.

Neil dan Kaviya beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju pintu keluar. Keduanya bertemu di dekat pintu keluar, dan keluar bergantian. Tak lama hujan turun. Neil memutuskan untuk berteduh di teras sebuah toko yang tak jauh letaknya.

Neil melihat Kaviya terus berjalan, walaupun hujan semakin deras.

Kaviya berhenti di tengah derasnya hujan, menatap langit. Memejamkan matanya.

Neil yang melihat hal itu berpura-pura untuk tidak memperdulikan Kaviya.

Hujan semakin deras.

Kaviya tetap terdiam mematung. Neil yang terus memandangi Kaviya, akhirnya bergegas menuju Kaviya.

"Hey. Kamu gila ya! Hujan semakin deras begini, kamu malah mematung disitu. Ayo ikut aku berteduh!" seru Neil.

Neil memegang tangan Kaviya, dan menarik Kaviya. Neil berlari bersama Kaviya di saat hujan semakin deras. Kaviya menatap ke arah Neil. Tidak butuh waktu lama, mereka sudah berada di teras toko. Mereka berdua menatap hujan yang semakin deras. Mereka terdiam tidak berbicara satu kata pun, selama beberapa menit.

"Terima kasih," ucap Kaviya.

"Terima kasih, untuk apa?" tanya Neil.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin berterima kasih kepadamu," jawab Kaviya tersenyum.

Mereka kembali terdiam. Menunggu hujan hingga reda. Tetesan air hujan mulai menghilang. Kaviya dan Neil bergegas melangkah menuju tempat tinggalnya masing-masing.

"Tunggu Kaviya," ucap Neil, "Maukah kamu berteman denganku?"

Kaviya membalikkan badannya, melihat ke arah Neil. Dia menganggukan kepalanya menandakan setuju.

Neil tersenyum, lalu berjalan menuju tempat tinggalnya. Air matanya beranjak keluar. Neil tidak tahu, dirinya mendadak menangis.

"Apa-apaan ini," ujar Neil.

"Mengapa aku mendadak menangis begini? Ada apa dengan diriku?" sambung nya.

Neil berusaha menghapus air matanya, lalu pulang menuju panti asuhan.

The Time We LovedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora