Bab 28

176 20 2
                                    

"Jangan pernah bandingkan ujian yang kamu alami dengan orang lain."

(Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡



   Damam, KSA.

   Seorang laki-laki muda sedang sibuk dengan pekerjaan di ruang kerja rumahnya.

   Tiba-tiba pintu terbuka tanpa ucapan salam maupun permisi, laki-laki itu hampir saja membuka mulut untuk marah, tetapi begitu melihat siapa yang masuk wajahnya langsung tersenyum.

   Seorang wanita muda cantik berwajah arabian dengan perutnya yang buncit masuk, langkahnya begitu anggun mendekati meja kerja sang laki-laki yang merupakan Suaminya.

   "Zauji," rengeknya saat sudah berdiri di samping sang Suami.

   Wajah sang Wanita tersebut terlihat sedih, dengan bola mata coklat yang sudah berkaca-kaca.

   "Ma haza 'eazizati?" Suami menarik lembut sang Istri untuk duduk di atas pangkuannya. (Ada apa sayang?)

   Wanita tersebut langsung bersandar di dada bidang sang Suami, merasakan nyaman dalam dekapan Suaminya membuat Wanita hamil tersebut langsung memejamkan mata.

   Tidak lama langsung terdengar dengkuran halus, yang pertanda sang Wanita telah tertidur. Mata itu sudah terpejam dengan tenang, sesekali bergerak mencari kenyamanan di dada bidang Suaminya.

   Laki-laki itu tersenyum melihat sang Istri yang pulas tertidur.
"Ahlamun sa'edatun 'eazizati." Ia pun mendaratkan ciuman di ubun-ubun, dahi, kedua kelopak mata tertutup, hidung mancung, kedua pipi dan terakhir di bibir. (Mimpi indah sayang)

   Tok~ Tok~

   Suara pintu yang di ketuk dari luar.

   Dengan cepat laki-laki tersebut membuka laci meja kerjanya, di dalamnya ada sorban miliknya yang memang berada di sana.

   Sorban itu dikeluarkan dari laci, dibentangkan kain segi empat yang lumanyan besar, langsung digunakan untuk menutupi rambut hingga wajah sang Istri yang tertidur di atas pangkuannya.

   "Yadkhulu!" suruhnya kepada seseorang di luar sana. (Masuk!)

   Seorang laki-laki yang masih muda masuk, sedikit membungkukkan badan di depan meja kerja sang Tuan.

   "Sayyidi." Mata sang Asisten menatap kearah gundukan yang ditutupi sorban dalam dekapan Tuannya. (Tuan)

   Tahu arah pandangan sang Asisten, laki-laki itu langsung menatap tajam yang membuat asistennya langsung menundukkan pandangan.

   "Hunaka shay'un uridu iiblagha 'eanhu ya Sayyidi." Sang Asisten masih menundukkan kepala, menatap lantai marmer yang di lapisi karpet mahal.(Ada yang ingin saya laporkan, Tuan.)

   Mendengar perkataan sang Asisten membuat laki-laki itu berdiri, mengendong sang Istri yang masih tertutupi oleh sorban.

   "Intadhir daqiqatan." Sebelum melangkah pergi keluar kerja ke kamar, untuk menaruh sang Istri. (Tunggu sebentar.)

   Setelah menaruh sang Istri nyaman di atas kasur, ia langsung segera keluar menuju ruang kerja dengan langkah lebar, yang sudah tidak sabar untuk mendengar laporan dari sang Asisten.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz Where stories live. Discover now