Bab 18

245 65 0
                                    

"Jika hukum dapat dibeli dengan uang, sekarang ubahlah harta dan kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman yang adil kepada yang bersalah."

(Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

"Mereka yang hidup dalam kesederhanaan lebih dekat dengan Allah, daripada orang-orang yang hidup layaknya Surga dunia tidak lagi mengenal Tuhan-Nya."

(Sheikh Althaf bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡



   Langsung dengan cepat tangan Sheikh Abdul Azis membuka koper tersebut, dan ternyata isinya adalah, emas-emas batangan.

   Semua Sheikh Al Hafidz terkejut, mereka tidak berpikiran akan kejatuhan emas batangan dari langit, walaupun bukan langsung jatuh dari langit.

   "I-ini, apa maksudnya, Baba?" tanya Sheikh Ahmad terbata sebab sangat terkejut.

   Memang beberapa Sheikh Al Hafidz sempat berpikiran negatif tentang koper tersebut, tetapi sekarang meskipun yang terlihat adalah emas, pastilah membuat mereka semakin waspada.

   "Seorang perempuan muda, dalam peti emas dijatuhkan ke laut merah," jawab Sheikh Abdul Aziz, yang penting jawab.

   Semua para Sheikh Al Hafidz menatap kepala keluarga mereka dengan bingung, jawaban dari Sheikh Abdul Azis terdengar mengada-ngada.

   "Sheikh mak—" ucapan salah satu Sheikh Al Hafidz terpotong.

   Karena dengan cepat Sheikh Ahmad menutup kembali koper tersebut, tetapi Sheikh Ahmad mengerti jawaban dari sang Ayah yang sebenarnya.

   "Saudaraku semuanya, ini bukan milik kita." Sheikh Ahmad menatap satu persatu keluarga, koper emas tersebut sudah ada di tangan Sheikh Ahmad.

   Putra Mahkota Al Hafidz itu langsung berdiri, membuat yang lainnya juga ikut berdiri menatap Sheikh Ahmad dengan bingung.

   "Ini bukan dilempar untuk kita, tetapi terjatuh saat saat helikopter melintasi Istana." Sheikh Ahmad membawa koper itu keluar ruangan, tetapi perkataan dari salah satu Sheikh Al Hafidz membuat langkah Sheikh Ahmad terhenti.

   "Sheikh Ahmad, Istana kita ini tidak diperbolehkan untuk pesawat atau helikopter melintasi, kecuali punya keluarga Al Hafidz yang mendarat," ujar salah satu Sheikh Al Hafidz.

   "Ternyata kalian masih ingat akan hal itu, meskipun tidak tinggal di sini." Sheikh Abdul Azis tersenyum menatap Putra sulungnya yang juga tersenyum kepadanya.

   "Semuanya, saya permisi dulu." Sheikh Ahmad berbalik badan untuk keluar dari ruangan. "Assalamu'alaikum."

   "WA'ALAIKUMSALAM," jawab semuanya serentak.

   "Lalu koper itu, mau di bawa kemana?" tanya salah satu Sheikh Al Hafidz.

   "Di buang ke laut merah," jawab Sheikh Alkahfi asal.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz Donde viven las historias. Descúbrelo ahora