Bab 17

235 70 0
                                    

"Menjadi pemimpin haruslah adil, amanah dan tanggung jawab atas apa yang sedang dipimpin, sangat berat tugas sebagai pemimpin hingga Allah bisa memberikan Surga atau justru Neraka."

(Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

"Itulah yang menjadi sebab, mengapa aku begitu mempertimbangkan untuk menerima atau menolak, menjadi pendamping hidup dari Sheikh Ahmad."

(Princess Aisha binti Ibrahim The Adams)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡


   Masalah besar kini sedang menimpa keluarga besar Al Hafidz, perusahaan milik mereka di bidang konstruksi sedang tidak baik-baik saja.

   Beberapa proyek yang akan di bangun atau akan segera rampung, harus berhenti di tengah jalan sebab para investor yang menarik diri.

   Penyebab utamanya adalah, pemberitaan media menstrim dari barat yang membuat propaganda. Menganggap keluarga Al Hafidz tidak profesional, dengan tiba-tiba membatalkan proyek yang akan di bangun.

   Karena permasalahan berasal dari perusahaan induk yang dipimpin oleh Sheikh Ahmad, membuat beberapa perusahaan cabang yang masih di Negara-negara teluk juga ikut bermasalah.

   Dalam waktu 24 jam saja, banyak para investor yang bekerja sama untuk membangun proyek di Negara kaya minyak harus terhenti. Kerja sama dengan kerajaan untuk membangun mega proyek, juga terancam dibatalkan.

   Beberapa skandal keluarga besar Al Hafidz kini ikut disorot oleh media, untuk membuktikan pada publik bahwa Keluarga besar Al Hafidz melakukan kebaikan, hanya untuk menutup keburukan yang mereka miliki.

   Sheikh Ahmad masih bisa mengatasi masalah perusahaan saja, tetapi sekarang ia dibuat sakit kepala saat aib beberapa keluarga besar Al Hafidz terbongkar pada media.

   Ternyata di balik para Sheikh muda Al Hafidz yang tidak lagi ingin untuk kerja, merupakan salah satu skandal besar yang dibuat. Mereka sibuk menghabiskan uang, berlibur mewah, berjudi, mabuk-mabukan sampai melakukan zina.

   Sheikh Abdul Azis sebagai kepala keluarga Al Hafidz terus mengucapkan istigfar, ia tidak pernah menyangka bahwa keluarganya berbuat demikian.
Bahkan lebih dulu media yang mengetahui daripada keluarga inti Al Hafidz.

   "Apa-apaan ini?!" marah Sheikh Ahmad dengan wajah memerah padam.

   Ruangan keluarga rijal itu senyap, para Sheikh Al Hafidz tidak satupun yang berani menjawab. Ini kali pertama, mereka melihat sang Putra Mahkota menampakkan wajah marah.

   "Kenapa diam?" Sheikh Ahmad menatap tajam satu persatu anggota keluarga laki-laki Al Hafidz. "Jawab!"

   "Katakan jika berita itu hanya fitnah!" Sheikh Ahmad melempar remot dengan kasar mengenai kaca televisi, terdengar nyaring suara pecahan kaya televisi yang tidak bersalah.

   Dada Sheikh Ahmad naik turun mengendalikan emosi, kali ini ia seolah tidak bisa mengontrol diri dari kemarahan. Belum pernah seumur hidupnya, ia semarah ini kepada keluarga besarnya.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz Where stories live. Discover now