Farewell, Neverland!

I Solemnly Swear That I Am Up to No Good

"I want to commit the murder I was imprisoned for."

-       J.K Rowling, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban

Tristan

"Lo mau tahu tanggapan jujur gue, nggak?" tanya Kafka habis gue merangkum drama terbaru keluarga Khevandra padanya. "Selama ini gue lihat lo yakin banget nyokap lo pasti pingin ketemu lagi sama anak-anaknya, gue selalu mikir kalau lo halu karena, sekarang kan zaman modern. Kalau nyokap lo kangen sama lo, dia bisa ngontak lo lewat media sosial. Tapi habis lo cerita kalau bokap lo punya surat perintah perlindungan atas dia... semuanya make sense. Pantes nyokap lo nggak berani nge-reach out anak-anaknya duluan, orang dia bisa dipenjara. Gila juga bokap lo."

"Gue udah bilang bokap gue rada-rada dari gue SD, nggak ada yang percaya sama gue."

Sejak bokap gue heran kenapa gue yang saat itu masih kecil susah banget disuruh diam dan duduk rapi di sebelahnya di gala dinner kantornya dan bukannya main bareng anak-anak temannya. Saat itu gue masih kecil! Yaiyalah gue lebih tertarik main bareng anak-anak seumuran gue, daripada mendengarkan semintar tentang bagaimana caranya mendapatkan klien baru. Tapi yang heran malah bokap. Ia 'menculik' gue dari teman-teman gue, mengomeli gue karena bikin jas dan kemeja gue jadi lecek dan memaksa gue agar duduk diam di sebelah Tina.

Gue dan Kafka menaruh raket tenis kami ke dalam tas raket, menentengnya di pundak, dan balik ke locker room cowok sambil mengelap wajah pakai handuk kecil.

"Selama ini, tiap bokap ngelarang ini-itu, ngatur ini-itu, gue nanggapin dia dengan ngambek dan bete yang datang-pergi, sekarang rasanya gue marah banget sama dia. Bokap bilang nyokap baru pingin ketemu sama gue dan Tina lagi beberapa bulan terakhir ini aja, tapi gue yakin nyokap gue udah berusaha kontakan lagi sama anak-anaknya bertahun-tahun tapi bokap gue sembunyiin hal itu dari gue."

Kafka berhenti di depan vending machine untuk membeli sebotol air mineral dingin. "Kalau gue jadi lo, gue juga marah banget. Masalahnya bokap lo selama ini berusaha bikin seakan nyokap lo nggak pernah ada. Yah, gue tahu bokap lo protektif parah, tapi lo sama Tina kan udah gede, biarin ajalah anak-anaknya ketemu ibunya sekali. Memang hal buruk apa sih yang bakal terjadi?"

Kafka menawarkan gue apakah gue ingin membeli minuman juga, tapi gue tolak karena stok Milkis lagi nggak ada. Sial, pasti ini salah satu kampanye anak-anak student counsil juga. Segitunya apa mereka memaksa kami hidup sehat sampai menghilangkan minuman-minuman bergula dari vending machine?

"Terus, rencana lo habis ini apa?"

"Gue bakal cari nyokap gue. Gue pingin tinggal sama dia di Bali dan kuliah di Dewangga."

Biar makin keriting tuh syaraf-syaraf otak bokap. Gue punya nyokap sekarang. Gue bisa minta tolong dia untuk masukin gue ke Dewangga dan tinggal bersamanya hingga gue nggak perlu membutuhkan support dari bokap lagi dan akhirnya bisa bebas darinya.

"Good luck, Tan. Gue yakin nyari nyokap lo lebih mudah daripada nyari bokap gue, karena nyokap lo cuma satu. Bukan tiga."

Nyokapnya Kafka, Tante Darla, itu single parent juga kayak bokap. Beliau bercita-cita jadi model dari kecil dan namanya meledak sejak menjadi pemenang Gadis Sampul di usia 14 tahun. Semenjak itu karier modelling-nya melejit sampai menyentuh dunia internasional hingga langganan menjadi muse dari desainer-desainer ternama. Tina cerita, kalau sebelum model dan artis-artis rajin kolaborasi bareng fashion brand kayak sekarang, Tante Darla sudah khatam sama itu semua.

Pokoknya Tante Darla tuh kayak Adriana Lima-nya Indonesia, deh. Nggak mungkin lo membuka majalah fashion dan nggak menemukan wajahnya. Karier modelling-nya terus berkembang meski didampingi dengan skandal sana-sini—boys, sex, drugs, shoplifting (buat apa, ya? Kayak dia nggak bisa beli sendiri aja), sampai pernah didemo sama komunitas perempuan juga karena beliau pernah bilang di sebuah wawancara kalau hal terbaik yang bisa dimiliki perempuan adalah badan kurus. Kalau lo gemuk, wajar sih kalau lo pingin mati tiap kali bercermin.