Hit and Run, Run, Run!

83 14 3
                                    

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


I didn't come here to make friends. We were born to be suburban legends

- Taylor Swift, Jack Antonoff, "Suburban Legend"

Tristan

Habis dari kelas Matematika, Kafka mengajak untuk cabut ke kafetaria karena menu kafetaria hari ini bertema Kid's Menu. Yang mana kafetaria akan menyediakan makanan-makanan comfort food yang sudah pasti cocok sama lidah anak kecil, kayak spaghetti and meatballs, chicken tender (gue bisa makan lima potong sekaligus), mac and cheese, tater tots, dan caesar salad (yang ini jelas nggak akan gue ambil).

Tapi khusus hari ini, gue menyuruh Kafka untuk duluan ke kafetaria karena gue ingin ke kelas World History dulu. Niatnya sih untuk nyamperin Lexie, tapi waktu sampai di kelas, Lexie nggak ada.

Gue bertanya sama salah satu cewek yang sudah datang ke kelas apakah dia kenal Lexie dan tahu Lexie ada di mana atau nggak, yang ia balas dengan tatapan bingung karena tentu saja ia kenal Lexie, duh, kan mereka satu kelas?

Cewek itu—gue lupa namanya siapa—bilang Lexie biasanya makan siang di bangku-bangku taman dekat lapangan tenis, yang mana, bangku taman itu tuh menghadap langsung ke lapangan tenis yang jadi tempat nongkrong kedua gue sama Kafka setelah kafetaria.

Lexie duduk dengan kepala tertunduk, membaca buku yang sedang ia pangku. Hari ini resmi jadi hari pertama gue melihatnya pakai seragam Preston. Lexie memakai semua atribut Preston dengan rapih, termasuk kaus kaki abu-abu tua selutut dengan gambar rusa mungil, yang disulam di bagian atas.

Guru disiplin kami pasti akan memberikan jempol untuk penampilannya kalau saja Lexie nggak memakai topi Polo warna krem di kepalanya. Beliau nggak suka banget sama murid-murid yang memakai aksesoris di sekolah.

"Kok, nggak makan di kafetaria?" Gue duduk di sebelahnya. "Menu hari ini enak banget, Lex. Ada spageti, chicken tender, tater tots... kalau salad-nya nggak usah disinggunglah, ya. Malah ngerusak menu yang udah sempurna. Gue udah request ke chef di kafetaria untuk ganti menu salad jadi sosis. Tapi Chef bilang, Preston ngewajibin ada satu menu sayuran tiap hari. Kayak ada yang makan aja."

Lexie ketawa aja mendengar gue langsung menyerocos padahal dia menanggapi pertanyaan gue aja belum. Cewek itu menutup buku berjudul Prince of Thorns & Nightmares yang sedang ia baca dan menaruhnya di antara kami. "Dan gue harus bayar mahal buat makan spageti yang rasanya kalah jauh sama buatan nyokap gue? No, thanks. Mending gue bawa bekal sendiri." Cewek itu mendorong kotak makannya yang berisi dua potong tuna sandwich dan beberapa slice acar timun. "Mau, Tan?"

"Nggak usah, makasih, Lex." Ada potongan timun di dalam isian tuna sandwich lo. "Jadi, yang jago masak itu nyokap lo? Yang bikin kue-kue dan risol di bakery lo itu nyokap lo juga?"

"Iya, semenjak bokap gue meninggal, nyokap gue bikin usaha jualan kue. Awalnya dia cuma bikinin pesenan dari tetangga-tetangga kami yang lagi bikin acara, tapi karena lumayan laku, akhirnya nyokap gue bikin toko kecil-kecilan di rumah yang makin laku semenjak viral di TikTok." Lexie menyelipkan sejumput rambut sedagunya ke belakang telinga. "Lumayan, lah. Jadi dia bisa hire beberapa karyawan buat bantuin dia."

Farewell, Neverland!Kde žijí příběhy. Začni objevovat