Always A Good Girl, Never A God

103 10 2
                                    


I was the good kid and it got me nothing

- Anonymous


Athina

"Bokap lo harusnya kasih briefing dulu kalau dia mau ngenalin lo semua ke pacarnya, bukan nge-ambush kayak gitu. Panteslah si Tristan ngamuk," tanggap Mickey habis aku menceritakan episode telenovela terbaru keluarga Khevandra kemarin.

Kelas siang dan sore kami sudah selesai, tapi karena malas ketemu drama di rumah, aku mengajak Mickey untuk makan malam di Preston. Apalagi menu makan malam di dining hall hari ini lagi bertemakan indian food. Makanan kesukaanku, tapi jarang bisa aku nikmati karena orang rumah nggak ada yang suka.

Salah satu hal yang paling kusuka di Preston adalah makanan-makanan di dining hall mereka, yang menyediakan menu yang berbeda-beda setiap hari. Mereka juga punya menu khusus untuk breakfast, brunch, lunch, aftertoon tea, dan dinner. SD - SMA Preston juga menyediakan menu-menu yang berbeda tiap hari di kafetaria mereka, tapi hanya sebatas breakfast dan lunch, dan nggak semewah dan selengkap di kampus. Mereka suka menyediakan after school snacks sih buat anak-anak yang punya kegiatan klub, tapi hanya ada di hari Kamis dan Jumat karena kegiatan klub biasanya numpuk di dua hari itu.

Mickey menaruh nampannya di atas meja dan menarik kursi untuk duduk. "Tristan sama bokap lo kan udah biasa berantem, tapi menurut gue, berantem mereka kali ini lebih sensitif karena topik soal nyokap lo bakal sering banget disinggung dan gue yakin di antara mereka, pasti sama-sama ngerasa bener."

"Bokap gue memang salah karena nge-ambush Tristan, tapi mau dia kasih briefing pun menurut gue hasilnya bakalan sama aja. Malah kalau dia kasih briefing, pasti dramanya jadi dua kali. Drama pas briefing dan pas ketemu sama Tante Kitty." Aku mencocol roti ke dalam kuah dal fry yang kental. "Lo musti lihat muka bokap pas Tristan walk out dari meja. Marah, malu, sekaligus nggak enak sama Tante Kitty. Gue jadi sedih lihatnya."

Mickey mencipratkan tandoori chicken-nya pakai jeruk nipis. "Lo berdua bener-bener, deh. Adiknya anak mama, kakaknya anak papa. Mau bokap lo ngerampok bank pun, pasti lo bakal nyari cara buat ngertiin dan maafin dia. Lo yakin lo nggak punya daddy issues, Tin?"

"Memang lo pernah lihat gue jadi bucin buat cowok?"

"Nggak pernah dan jangan sampai." Mickey memotong tandoori chicken-nya pakai pisau. Duh, kelihatan lembut banget. Aku jadi ngiler. "Tin, pulang nonton midnight, yuk. Gue kepo sama MEG 2, nih."

"Nggak, ah. Lo kan tahu gue paling males nonton film thriller kayak gitu, lagian gue belum nonton yang nomor 1."

"Yaelah, film kayak gitu mah nggak perlu lo pahamin storyline-nya kayak apa. Yang penting scene action-nya seru."

"Lihat mood gue nanti, deh." Mataku jatuh ke pajangan kepala rusa besar di dinding kayu dining hall.

Lambang sekolah Preston adalah rusa jantan bernama Arthur. Kami semua memanggilnya The Great Arthur. Bagi Preston, Arthur sudah seperti spiritual animal yang melindungi dan membimbing murid-muridnya. Kenapa lambang Preston itu rusa jantan? Jawabannya ada di buku panduan sekolah, tapi aku lupa.

Arthur ada di mana-mana. Di dinding koridor, kelas, dining hall, hall, perpustakaan, sampai di merchandise-merchandise sekolah seperti kaus, sweater, topi, kaus kaki, buku tulis.... semuanya, deh. Di gedung-gedung Preston, dari TK – kuliah, patung Arthur dibangun di depan lobi untuk menyambut murid-murid. Dan di hari-hari tertentu, seperti hari anniversary Preston atau di hari pertandingan antar sekolah yang diadakan di Preston, Preston akan membawa Arthur alias seekor rusa jantang betulan untuk meramaikan acara.

Farewell, Neverland!Where stories live. Discover now