ʕ• chap19 •ʔ

19 8 0
                                    

𓃬𓃬motocy'crush𓃬𓃬

...





Cukup sudah perjalanan kerja yang telah Naya lakukan penuh selama 2 minggu. Kini saatnya ia pulang.

Banyak hal yang telah berlalu begitu saja. Seperti kejadian cuddle berakhir ciuman panas, serta tingkah Arka merajuk layaknya seorang anak yang ditinggal mama pergi. Kini keduanya saling berkemas. Sang pria membantu mengemasi ke dalam koper, sedangkan sang wanita sibuk menata oleh-oleh sekaligus peralatan makeup.

"Yeobo, aku mau bilang sesuatu."

"Apa?" Jawab Naya sembari meresletingkan semua tas-tas yang akan ia bawa.

"Aku selain mau nyamperin kamu tuh sekalian ngajak pulang bareng. Bebas sih. Mau sama aku naik kereta, apa minta jemput mama papa."

Naya tercengang, gerakannya menutup koper terhenti seketika, "kamu kok nggak bilang sih? Kalo dadakan gini mana bisa atuh?"

Arka menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "nggak bisa ya?"

Naya menggeleng keras, "ya nggak bisa lah. Aku udah dihitung di mobil, terus nanti bakalan ada evaluasi bentar di kantor. Jadi nggak langsung pulang gitu."

"Yah..." Pria itu tertunduk lesu.

"Coba kamu bilang dari kemarin-maren ya milih evalnya sekalian disini daripada di kantor. Pulang mah harusnya pulang. Ih kamu mah."

"Emang bisa gitu?"

"Bisa. Kan yang ikut nggak seluruh pegawai. Cuma beberapa. Jadi ngaturnya nggak susah. Lagian kan kantorku bukan kantor yang guede banget. Huhu. Plis tau gini aku juga mau balik sama kamu. Naik kereta."

Naya turut sedih.

"Nggak bisa ya... Usul evalnya besok? Kan nanti nyampe tuh malem banget loh."

"Makanya. Kalo usul sekarang mah udah nggak bisa. Kan rundingannya udah kemaren-maren. Dan pada setuju sekalian hari itu biar capenya sekalian. Besoknya lanjutin kerjaan nggak kepikiran yang di jogja ini."

Keduanya saling membisu. Mungkin sama-sama memikirkan solusi saat ini enaknya bagaimana.

"Aku punya ide, yeobo. Aku bisa nitip barangnya aja ke mereka. Terus kita ikut mama papa. Kalo kita naik kereta kayaknya nggak kekejar."

"Sama nggak sih, yeobo? Mobil kan lewat tol, kereta juga nggak ada macet-macet. Kurang lebih bakal nyampe barengan." Jelas Arka dengan niat yang terselubung di dalamnya. Sebenarnya pria itu ingin benar-benar beduaan dengan Naya, lagi. Ia akan berusaha sampai Naya memilih kereta daripada mama papa.

Naya berpikir keras.

"Tunggu deh, emang kamu udah pesen tiket?"

Arka tersenyum kecut, "udah. Tapi nggak usah dipikirin, yeobo. Nanti kalo kamu emang nggak bisa yaudah nggak apa. Hangus aja. Nggak seberapa lagian."

Fakta tentang manusia itu tidak ada yang sempurna benar adanya. Arka juga tak luput dari salah. Pria itu bahkan tak sadar telah melakukan guilt tripping kepada Naya. Mungkin ia tak sadar dan asal berbicara, namun jika diminta untuk merenungi, ia akan memikirkan seribu kali bahwa perkataannya tak layak untuk dilontarkan.

Guilt tripping sendiri sering kali kita jumpai pada momen orang yang sedang kasmaran, atau mempunyai pasangan. Terkadang mereka entah sengaja atau tidak membuat lawan bicaranya merasa bersalah atau bertanggung jawab akan suatu hal yang mungkin tidak dilakukan oleh si lawan bicaranya. Aneh bukan? 

[1] MOTOCYCRUSHWhere stories live. Discover now