ʕ• chap13 •ʔ

38 7 4
                                    

baca notes di bawah yea!


𓃬𓃬motocy'crush𓃬𓃬





Naya kembali ke kosan sedikit larut dari biasanya. Mungkin karena durasi tambahan yakni mampir ke butik yang menjadikan perempuan itu telat masuk ke dalam kamar kosannya.

Keduanya berjalan beriringan dengan santai setelah melaksanakan agenda makan malam bersama keluarga Arka. Langkah kaki yang ringan hingga tak sadar penghentiannya tiba.

Momen berbicara dengan keluarga Arka sejauh ini sangat berkesan. Naya merasa dirinya nyaman dan disayang. Tak sekali dua kali, Naya berkali-kali diundang untuk makan bersama. Tentunya topik obrolan yang berganti-ganti. Mulai dari pertanyaan kapan pacaran, kapan saling kenal, saling suka, saling ngobrol, bahkan kapan nikah pun turut ditanyakan oleh keluarga Arka.

Mama Mina dan Papa Irfan pun turut membagikan wejangan-wejangan bagaimana menjadi orang tua, apa aja yang dipersiapkan sebelum menikah, serta menceritakan pengalamannya menjadi orang tua dengan dua anak.

"Terus rencana kalian nikah kapan? Udah mau kepala tiga loh."

Arka mendahului, "tunggu aja deh, ma pa. Jangan ngeburuin kami. Kami lagi nata diri dulu."

Naya tak ingin Arka berjuang sendirian pun turut menjawab, "Naya juga, Ma, Pa. Kadang Naya mikir gimana nantinya mau ngurus Mas Arka kalo diri sendiri aja belum keurus. Jadi Naya benahin diri dulu."

Mama Mina mengangguk paham yang diikuti oleh Papa Irfan, "bagus loh itu, Naya. Tapi jangan pacaran lama-lama. Inget kamu dek apa yang pernah mama sama papa bilang ke kamu."

"Iyaaa inget. Mama sama papa udah nasihatin adek beribu kali."

Naya tersenyum senang jika mengingat obrolan itu. Naya bukannya tak mau menikah, justru perempuan itu sangat mau apalagi jika pasangannya adalah pria yang sedang bersamanya saat ini. Namun dirinya sekarang hanya ingin membenahi diri dulu sebelum nanti akan merawat orang lain, bahkan anak-anak mereka nanti. Seumur hidup itu lama.

Naya paham jika orang tua Arka sedikit mendesak anak lanangnya itu untuk segera menikah. Bagaimana Naya menolak paham jika semuanya sudah terpampang secara nyata. Orang tua Arka itu orang berada. Hingga sah-sah saja jika pria itu disuruh cepat untuk menikah. Warisan ada, pekerjaan ada, rumah untuk masa depan juga ada. Istilahnya Arka sudah siap secara lahir dan batin, mental dan finansial, matang dan mapan.

"Makasih ya, yeobo. Dah sana tidur." Ujar Arka tiba-tiba tepat setelah mengantarkan Naya di depan kamar perempuan itu.

Meskipun jarak kosan dari rumah ibu kos hanya beberapa langkah saja, Arka tetap mengantar Naya dengan senang hati. Arka tak mau jauh-jauh dari Naya. Pokoknya pria itu mengusahakan dirinya berada di sekitar Naya. Kecuali jika perempuan itu bekerja. Tentu Naya tak bisa bersamanya.

"Yeobo, aku mau bilang tapi kamu janji jangan marah ya abis ini."

Arka menghela napasnya pelan. Dirinya mendadak cemas. Perasaannya mengatakan hal yang tak enak akan keluar dari bibir Naya.

"Iya, kenapa?"

"Janji ya?"

Naya memainkan kukunya bimbang. Dirinya juga tak siap jika harus berhubungan jarak jauh dalam keadaan seperti ini-sayang-sayangnya-.

"Aku minggu depan ada kerjaan di jogja."

Deg! Sudah Arka duga. Pasti hal seperti ini tak bisa ia hindari mengingat perempuan yang menjadi kekasihnya ini adalah wanita karier yang sedikit gila kerja.

[1] MOTOCYCRUSHWhere stories live. Discover now