ʕ• chap7 •ʔ

44 7 0
                                    

salah satu chapter kesukaan gue wrwr met baca yea
.



𓃬𓃬motocy'crush𓃬𓃬







Keluar di pagi hari untuk mencari bubur ayam adalah keputusan yang tepat. Pasalnya suasana pagi hari Di Kota Malang sangatlah sejuk dan menenangkan di hari libur. Jika membicarakan saat hari kerja tentu akan berbeda. Pagi hari terasa macet persis seperti ibu kota. Mulai dari siswa, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga ibu-ibu ke pasar. Ugh! Membayangkan saja sudah terasa pusingnya.

Kini keduanya telah duduk di bawah pohon rindang dengan masing-masing di depannya telah tersaji bubur ayam yang masih hangat. Terlihat sedap dan sayang untuk dimakan. Kenapa?

"Nay ih kok diaduk sih?"

"Iya kan..........sayang banget udah cakep-cakep dipisahin sama abangnya kuaduk rata begini." Eluh Naya menyetujui protesan Arka.

Arka semakin protes dengan jawaban Naya, "lah iya makanya, jangan diaduk."

Naya mendesah lesu, "masalahnya kalo nggak kuaduk, aku nggak bisa makan. Makanya sayang banget. Mau nggak mau deh..."

Arka menggelengkan kepalanya pelan. Benar-benar perempuan di depannya ini sangat ajaib.

"Kayak muntahan tau Nay kamu campur gitu."

"Emang." Sahut Naya cuek. Perempuan itu enjoy-enjoy saja menyantap buburnya. Sedangkan Arka sudah bergidik tak karuan. Ia berusaha tak melihat ke arah bubur Naya.

"Terus kayak gitu kamu makannya kok bisa? Satu-satu gitu? Emang kerasa?" Sentil Naya seraya tangannya yang memegang sendok, menunjuk-nunjuk bubur milik Arka.

"Ya kerasa lah, Nay."

Naya mengangguk-anggukkan kepalanya remeh, "bohong banget mukanya. Coba sini aaa."

Yang dilakukan perempuan itu justru mengundang sulutan emosi dari Arka. Bisa-bisanya Naya malah menyuapi bubur muntahan miliknya itu.

"Nay ih nggak mau!"

"Aa, coba dulu. Aa." Pinta Naya sembari mengulurkan sendok yang berisi bubur miliknya ke arah mulut Arka yang tertutup rapat.

"Nggak mau, Nay."

"Ayo dong, nanti kalo kamu mau makan suapanku ini langsung deh aku terima kalo kamu nembak aku."

Arka menggeleng ribut, berusaha menjauhkan kepalanya dari sendok Naya yang semakin mengikuti kemana kepalanya bergerak.

"Nay...Ayolah jangan gini."

"Ohh nggak mau aku terima?"

"Mau!" Tukas Arka cepat.

"Makanya coba dulu. Janji deh kalo nanti nggak enak, kamu boleh minta apapun dari aku."

Arka menatap sendok Naya yang berisi bubur muntahan itu dengan ragu. Namun ini demi Naya, demi ia diterima Naya.

Lantas kepalanya ia dekatkan ke arah sendok Naya, membuka mulutnya perlahan penuh keraguan. Berbeda dengan Naya yang malah menyunggingkan senyuman liciknya dengan bungah.

Glek!

"Gimana? Enak kan?"

Mata Arka berbinar, terkejut dengan rasanya.

"Makanya ih bandel banget disuruh cobain nggak mau. Kena kan kamu."

Naya terkekeh geli melihat Arka yang saat ini justru mengaduk bubur hingga tercampur rata. Rasanya benar-benar magic. Pria itu bahkan tak mengeluarkan satu kata sedikitpun. Fokusnya kini hanya ada pada bubur, bubur, dan bubur.














[1] MOTOCYCRUSHWhere stories live. Discover now