ʕ• chap5 •ʔ

73 15 0
                                    

𓃬𓃬 • motocy'crush • 𓃬𓃬
...


Beruntung Naya memiliki dua lemari. Satu lemari yang merupakan inventaris kos atau milik kos, dan yang satunya ia beli sendiri. Lemari yang ia beli memiliki model pintu geser dan space yang besar. Jadinya tempat itu adalah tempat yang cocok untuk Arka bersembunyi.

"Naya?"

Tok! Tok! Tok!

Cklak!

"Iya, Bu?"

Pintu kamar Naya ia buka perlahan. Tubuh Ibu Kos sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Loh udah mandi pagi-pagi gini ta? Kirain masih tidur, kan hari minggu."

Naya tersenyum lebar, "hehe iya, bu. Nanti mau keluar soalnya."

Si Ibu mengangguk-angguk sembari tersenyum. Netranya celingukan memandang ke dalam kamar Naya yang sangat rapi.

"Kamu ada barang bawaan baru ta, Nay?"

Naya sok berpikir keras, sedang jantungnya serasa meledak.

"Barang apa ya, Bu? Nggak ada tuh, Bu. Naya nggak ada barang baru lagi."

Saat itulah, kaki Ibu Kos melangkah masuk ke dalam kamar Naya.

"Misi ya, ibu izin masuk. Soalnya ada temenmu yang laporan ke ibu katanya Naya bawa panci listrik, wajan listrik, sama teko listrik."

"ANJING MISEL BANGKE!" Naya mengumpat keras dalam hati.

Siapa lagi yang dekat dengan kamarnya dan mendengar bunyi masaknya kalau bukan Misel? Samping kamar Naya yang lain kosong alias tak berpenghuni.

Ibu Kos memeriksa setiap meja Naya. Bahkan perempuan paruh baya itu rela menunduk-nuduk ke kolong meja, ranjang, dan kursi guna membuktikan perkataan si pelapor benar adanya atau hanya karangan belaka.

"Hah? Naya emang pernah bawa, Bu. Tapi cuma waktu ramadhan dulu. Selesai ramadhan Naya balikin ke rumah. Itu juga sudah Ibu setujui dan ongkos listriknya juga sudah Naya bayar."

Ibu Kos kembali berdiri tegap, "loh iya ya? Dulu kamu udah bilang ke ibu ya?"

"Iya, Ibu. Makanya Naya udah nggak bayar biaya tambahan lagi soalnya udah nggak bawa." Bohong. Naya jelas berbohong.

"Oh mungkin Misel baru bilang kayaknya, padahal itu udah lama ya Naya."

"TUHKAN BENER SI MISEL." Batinnya menjerit.

Naya tersenyum masam, "iya ibu, kan dulu Naya kalo malam sering masak. Terus suara cissnya pas lagi numis kan kedengeran sampe kamar Misel."

Ibu Kos mengangguk paham, lantaran dirinya melangkah ke luar kamar Naya.

"Iya, tak pikir Naya bawa lagi. Yaudah kalo gitu lanjutin lagi dandannya Naya. Maaf ya ibu ganggu pagi-pagi."

"Iya, bu. Nggak apa-apa."

Belum sempat Ibu Kos berbalik badan, perempuan paruh baya itu kembali menatap ke arah Naya.

"Oh iya, sama ini barangmu Naya di kursi ini tolong jangan taruh disini. Kan kursi tujuannya buat duduk, bukan buat naruh barang. Kan kalo diliat jadi jelek loh."

Naya menelan senyumnya pahit. Lantas dirinya turut keluar dan menutup pintunya.

"Iya, bu. Maaf. Ini semalam Naya buru-buru masuk kamar jadinya sepatu bukannya tak taruh di rak malah di atas kursi. Tapi bu, itu anak-anak lain malah parah loh bu, sampe ada piring, bumbu-bumbu, segala macam perabotan ditaroh di kursi semua."

[1] MOTOCYCRUSHWhere stories live. Discover now