44. Kerja kelompok atau kencan

33 26 0
                                    

44. Kerja kelompok atau kencan

****

Azoya ternganga mendapati Kenes sudah duduk bangkunya. Cewek itu mengeser bangku sebelah dan meletakkan tasnya berserta bokongnya. Sementara mata terus mengarah ke samping, hingga Kenes mengedikan matanya sengaja.

Azoya seketika tersadar dan menutup mulutnya. "Muka loh kenapa, Kang? Habis casting anak setan atau kebanyakan makan mendoan?"

Kenes meringis memegang pipinya. "Pas, berangkat tadi gue di cegat gerombolan geng motor. Habis, deh, digebukin. Padahal cuma ngomong numpang lewat, doang."

Kenes tidak bisa bicara cerewet seperti biasanya, meskipun dia ingin sekali, pun. Rasa sakit di sekitaran wajah membuat rahang serasa kaku.

Cowok itu terus meringis, merasakan luka berdenyut di area bekas pukulan yang baru di dapatnya sekitar sejam lalu.

"Loh, sih, suka cari masalah! Anak preman aja malah di ledekin."

Kenes mangut-mangut dengan telapak tangan menutup telinganya, meskipun masih dapat mendengar cerocos Azoya. Cowok itu mendesah pasrah, memilih merebahkan kepala ke meja. Bukan dapat tatapan kasihan malah mendengar ceramah pagi buta.

"Ya, gimana gak sial mulu hidup loh. Kalau pengen sok jagoan, pindah demensi sana!"

"Adu bacok sama dinasuros jantan, rebutin istrinya!" Azoya terus menyalahkan. Seperti bisa, di lengkapi celotehan anehnya.

"Diam gak." Kenes mengibaskan buku ke depan wajah cewek itu. Ia berdecak malas. "Sumpah, gue aja gak kenal sama mereka. Gimana bisa salah?"

"Terus apa, dong? Di copet gak mungkin! loh, kan miskin!" ucap Azoya enteng.

Kenes mengeplak kepala Azoya. Sungguh heran, mulut cewek ini memang perlu saringan kopi. "Heh, Kaka gue gebetan loh! Gak bilang, pun, kalau loh pinter harus-nya loh tau posisi gue! Mau nge-lokal aja."

"Loh anak pungut, yah?" tebak Azoya memperlihatkan wajah menyebalkannya.

"Wah, ngajak gelut loh! Gue piting sini!"

Suara dehaman berat menghentikan percakapan mereka. Juni hanya diam di depan pintu dengan mata menyorot tajam mengarah ke Kenes yang merasa dirinya tak tahu apa-apa.

Tatapan itu tidak beralih beberapa waktu hingga Juni mulai melangkah ke arah mereka, cowok itu seolah membawa aura mencekam di sekitarnya.

Baru tersadar, dengan gerakan cepat Kenes sontak beralih dari tempatnya. Ia menarik tas-nya lalu ngincir sebelum kesialan baru menyambutnya.

Saat bersitatap Kenes menepuk pundak Juni akrab. "Eh, Kaka kelas. Jangan garang-garang, ih, sama gue. Ambil aja. Kita, kan temen."

Kenes hendak memberi tos, tapi Juni memasang ekspresi datar. Juni menghempaskannya tangannya.

"Aman. Gue bukan saingan. Gue juga gak suka yang macam gelandangan."

"Heh, apa loh bilang? Sialan!" geram Azoya mendengar.

"Gue cabut. Tuh, orang mau berubah jadi setan," pamit Kenes.

Sementara Azoya berancang-ancang hendak melempar sepatu-nya, Kenes berlari dengan tawa menyebalkan karna langkah Azoya di tahan. Cewek itu mengangkat padangan, binggung karna Juni tidak kunjung melepaskan cekatannya.

"Juni lepasin! Tuh, kabur, kan!" protes Azoya menarik kasar tangganya.

Ia merenggut pada cowok itu, berpikir Juni akan membujuknya seperti bisa. Raut Juni tidak terbaca, rahangnya tegas dengan mata tajam bermanik hitam legam. Azoya seketika ter-mundur takut, jelas cowok ini marah padanya.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Where stories live. Discover now