1O

193 18 3
                                    

Happy reading


Saat bel masuk, disitulah Cakra dkk kabur ke rooftop. Bukan apa, hari ini lebih banyak matpel kelas IPA. Bagi Cakra dan kawand, itu sama sekali tidak penting bagi mereka. Sudah beberapa menith mereka berada di rooftop.

"Gua mau ke kantin euy, ada yang mau nitip ga?" Tanya Ardan sambil berdiri.

"Pucuk teh!"seru Angkasa mengangkat tangannya.

"Rokok" Celetuk Cakra.

"Mau cikii! pake duit lu ya hehe" Adi membuka suara.

"Akua" Abra membuka suara dan mengalihkan perhatiannya dari buku.

"Mint permen" Aldi ikut.

Ardan mengangguk permintaan teman temannya. "Duitnya?" Tanya Ardan mendekat ke arah mereka dengan tangan yang mengapung di udara.

Cakra mengambil dompetnya dan mengambil selembar kertas berwarna merah di dompet. "Semuanya" Ucap Cakra memberikan ke Ardan.

Dengan senyum mengembang Ardan mengangguk. "Sisanya buat gua ya haha!" Ucap Ardan lalu berlari menuju bawah.

Ardan menuruni anak tangga satu persatu. Dengan mengendap endap karena takut kepergok guru dan berakhir mereka di samperin ke rooftop, terus dihukum bareng. Aduh pasti itu menyiksa dirinya dan temannya.

Duk!

Tak sengaja Ardan menabrak tubuh lelaki yang sedang menenteng sebuah tas yang di tenteng alhasil. Barang barang itu terjatuh.

Ardan panik. Ia pun membantu lelaki itu mengumpulkan barang barang yang di lihat seperti kue. "Aduh maaf, gua ga liat" Panik Ardan memungut satu persatu.

"Ck! Makanya liat ke depan! Jangan liat masa lalu doang!" Kesal lelaki itu membuat Ardan melongok tak percaya dengan ucapannya. Setelah barang barang masuk kembali ke dalam tas. Mereka pun berhadapan dengan mata yang saling memandang. "Ini kuenya ada yang retak! ganti rugi!!" Lelaki itu melotot ke arah Ardan.

Rasanya ingin mencubit bola mata yang melotot ke arahnya itu. "Berapa sih?" Tanya Ardan. Melihat ada 4 bingkisan kue yang ancur terlihat dari pelastik yang bening itu.

"40" Jawabnya.

Ardan segera memberikan selembar uang merah yang dari Cakra tadi. lelaki itu mengambil dengan kasar, dan membuka dompetnya yang terlihat tebal ulalala. Lalu memberikan kembalian kepada Ardan.

"Lain kali jalan liat liat, untung lu tanggung jawab" Cetusnya dan segera pergi dari sana.

Ardan hanya menatap bingung melihat punggung lelaki manis yang jalan menjauh. Tersenyum tipis dan lanjut jalan menuju kantin.

Di rooftop. Mereka asik bermain Uno, ini lebih ke terpaksa menunggu Ardan yang lama banget beli belanjaan yang ga sebanyak itu. Adi, Aldi, Cakra dan Angkasa bermain Uno tanpa berisik, tak seperti dia orang yang adu bacot.

Cakra dan Aldi tadi di paksa untuk ikut bermain uno dengan Adi, alasannya Ardan lama, dan ia sangat ingin bermain, tapi gak mau kalau cuma berdua sama Angkasa. Jadilah ajak Cakra dan Aldi yang terpaksa ngikut. Sedangkan Abra lagi asik tidur.

"Yang keluarin ples anaknya pak bolak" Celetuk Adi yang was was. Dirinya tidak memiliki Plus kan takutnya yang kena dengan jumlah besar membuatnya rugi bandar. Pak bolak, alias Botak galak itu guru killer yang merupakan guru kesiswaan.

"Lu anaknya dia kan" Katus Angkasa yang menatap tajam. "Bilang aja elu ga ada plus?!" Melotot angkasa sambil tersenyum smirk.

"Alah bacot, gua ada sepuluh!" Balesnya dengan pelototan juga.

CAKRA untuk GALIN | BLLOKALWhere stories live. Discover now