O9

226 19 3
                                    

Happy reading (♡)

Saat ini lelaki manis itu sedang duduk di kasurnya. Jam menunjukan pukul satu siang. Sedangkan mamahnya sudah mencak mencak nyuruh dia tidur. Tetap saja ia tak bisa tidur, bahkan, semalam suntuk Galin masih memikirkan ucapan Cakra itu. Bahkan dirinya mendiami abangnya, yang sebetulnya Galih tidak tau dosa apa yang sudah dia perbuat. Setelah kejadian di gramed. Ia jadi bingung dengan Cakra itu. Rasanya ingin menjabak dan mencakar wajah tampan Cakra.

"ARGH!!" Spontan, teriakan frustasi itu keluar dengan kerasnya.

"GALIN BELUM TIDUR JUGA ANAK ITU HAH?!" Teriak mamanya dari bawah membuat Galin dengan buru buru mengumpat di balik selimut. Tetap saja di dalam selimut ia tak bisa berhenti memikirkan apa yang di ucapkan Cakra.

Dirinya tengah frustasi sekarang. Sedangkan novel itu sudah berada di tangannya. Galin ingin menolak. Tapi nanti nunggu novel itu rilis lagi tahun depan. Sedangkan kalau di terima....

'sial! sial! sial! sial! sial! SIALANNN!!!' maki Galon dalam hati.

Dirinya cukup stres dengan kehadiran laki laki itu yang menambah beban di pundaknya. Apalagi permintaan lelaki yang sangat berat bagi Galin untuk melakukan itu. Dirinya tengah frustasi. Tangannya memegang erat boneka yang ada di pelukannya.

Galin harus berfikir ekstra, dan gaboleh salah langkah. Ini demi dirinya dan masa depannya!!! Galin harus lebih bijak!!.

— Flashback —

Setelah acara mohon memohon kepada sang paduka Cakra. Namun Cakra teguh dengan pendiriannya yang tak kunjung memberinya buku yang sudah di idam idamkan oleh Galin belakang ini.

Cakra ingin memberikannya kalau Galin membiarkan dirinya meminta persyaratan. Tentu ucapan yang di katakan Galin 'apapun' itu tak bisa di bantah. Dirinya harus memikirkan hal hal kedepannya yang di pinta lelaki jakung itu.

"Gua kasih apapun yang lu mau deh!" Perkataan yang terlontar sejak beberapa menit lalu dari bibir pink alami Galin.

Dengan kesadaran yang baru pulih ia merutuki dirinya dan mulutnya. Dengan gampannya mengucap kalimat laknat itu!.

Cakra yang terlihat tergiur dengan perkataan Galin menarik ujung bibirnya membentuk senyum tipis. Wajahnya di dekatkan ke arah telinga Galin untuk membisikkan apa yang ia ingin kan.

"Boneka Spiderman lu taruh di rumah gua selama seminggu"  dengan ujung bibir yang terangkat seperti meremehkan Galin.

Galin pun speechless. Pasalnya boneka itu hidup dan matinya. Kalau tidak ada Galin akan uring uringan dan juga akan meninggoy. Menmo! Nama boneka kesayangannya. Padahal tu boneka udah sedikit jelek karena kemakan usia. Tapi entahlah Galin malah sangat amat menyayangi boneka itu sampai sampai kemana mana ia bawa, kalau berpergian, kalau kesekolah mah yang ada di katain cupu.

Cakra memakai helmnya dan menyodorkan helm ke Galin. "Naik", Titah Cakra dan Galin langsung naik. Tak lupa dirinya memakai helmnya dulu sebelum motor Vario itu melesat dari parkiran.

Ia tau ini ulah siapa. Yang tau hidup matinya dan harga dirinya di boneka itu hanyalah keluarga, beberapa kerabat dan juga teman dekatnya saja.

Galih, pasti abangnya itu tak sengaja menbeberkan kepada Cakra.

CAKRA untuk GALIN | BLLOKALWhere stories live. Discover now