BAB 7

7 4 2
                                    

Hari ini adalah hari dimana orang tua Dania dan Satria telah dimakamkan. Banyak dari kerabat orang tua mereka ikut memakamkan dan banyak juga dari teman-teman Dania dan Satria yang ikut turut hadir di sana.

Saat ini semuanya telah pulang dari makam. Terkecuali teman-teman Dania. Shaka dan teman-temannya pun juga masih berada di sana. Mereka hanya ingin menguatkan Dania yang masih terisak atas kepergian orangtuanya.

Dengan perasaan iba, Shaka tiba-tiba mendekati Dania yang berada tepat di dekat batu nisan. Ia pun membungkukkan tubuhnya dan berjongkok. Shaka terus menatap wajah Dania dalam-dalam.

Melihat perempuan yang ada di hadapannya ini seperti bukan melihat Dania yang biasanya. Yang selalu ia lihat adalah Dania dengan wajah ketus dan emosian. Selain itu, Dania juga tak menyukai keberadaannya.

Entah mendapat dorongan dari mana, hati Shaka terasa terenyuh melihat Dania saat ini. Perlahan ia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Dania. Tak sadar ia membawa Dania ke dalam pelukannya.

Sementara itu di sisi lain, Putri yang sedang mengusap airmatanya terkejut melihat adegan romantis di hadapannya. Ia pun menyenggol-nyenggol lengan Agni yang berada di sampingnya.

"Ni, Ni" ujarnya sambil mengode Agni untuk melirik kearah Dania dan Shaka.

Agni yang langsung mengerti pun memicingkan kedua matanya kearah Putri. Ia pun mencibir, "Bisa-bisanya ya lo, orang lagi berduka malah mau ngegosip" cibirnya.

"Dih? ya udah sih. Tapi, ini adalah momen langka, Ni. Apalagi Dania, gue yakin mereka jadi kapal gue yang akan berlayar" bisiknya pada Agni.

Tak habis pikir Agni dengan temannya yang satu ini, ia pun menoyor dahi Putri. Hal itu membuat Putri tersentak dan menebas tangan Agni.

Saat ini pula, Dania sudah merasa sedikit lebih tenang. Ia pun segera menjauhkan dirinya dari Shaka yang entah berapa lama sudah memeluknya. Ya, sejujurnya ia merasa nyaman dan hal itulah yang membuatnya sedikit lebih tenang. Sedikit ya.

Dania pun mengusap kasar airmatanya dan bersiap diri untuk berdiri. Matanya berkeliling melihat kesana kemari. Ia merasa ada yang janggal.

Ah iya, dimana adiknya?

Dania baru tersadar. Sedari tadi ia tak melihat keberadaan Satria setelah orang-orang yang ikut melayat pulang. Apa mungkin adiknya pulang duluan?

Dania pun bertanya, "Kalian liat Satria gak?" tanyanya yang terdengar serak.

Mereka yang ada di sana pun menggelengkan kepalanya.

Satria selalu menghilang begitu saja tanpa diketahui. Apa dia punya ilmu menghilangkan diri? ah--entahlah.

Kini, Dania merasa dirinya sudah lelah untuk menangis setiap saat. Matanya pun sudah sangat terlihat sembab dan bahkan wajahnya pucat.

Dengan lemas, ia kembali berkata, "Pulang yuk?" ajaknya.

Anjani pun menjawabnya, "Istirahat Dan, jangan sampe lo sakit" ucapnya sambil memegang kedua bahu Dania.

Dania pun tersenyum tipis. Ia mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

Melihat dirinya dikelilingi orang-orang seperti mereka membuat Dania tak berhenti bersyukur dalam hati. Bersama mereka membuat Dania tak begitu berat menjalani kehidupannya. Banyak lelucon yang mereka buat untuk ditertawakan bersama dan banyak cerita yang dibuat dari mereka untuk dijadikan pelajaran atau candaan. Sesederhana itu, memang.

Tak ada hujan tak ada petir, tiba-tiba saja Shaka menawarkan Dania untuk pulang bersamanya. Sebenarnya, Shaka sudah setahun lalu tertarik padanya. Tapi, melihat raut wajah Dania yang seperti Kak Ros membuat Shaka ciut lebih dulu.

Senja di Jakarta [ON GOING]Where stories live. Discover now